Indeks

Bahaya Self Diagnosis Penyakit dengan Menggunakan Internet, Kamu Wajib Tahu!

Deretan risiko yang terjadi jika melakukan self diagnosis. FOTO: Freepik.com/Freepik
Deretan risiko yang terjadi jika melakukan self diagnosis. FOTO: Freepik.com/Freepik

Tuturpedia.com – Semakin majunya teknologi membuat manusia lebih mudah mendapatkan informasi, bahkan tentang dunia kesehatan

Pasti beberapa dari kamu pernah mencari informasi mengenai gejala penyakit yang sedang dirasakan lewat internet, bukan?

Kamu mencocokkan sendiri gejala dengan kondisimu saat itu dan berakhir menyimpulkan tentang penyakit apa yang sedang kamu alami.

Tahukah kamu? Itu adalah tindakan self diagnosis! Meskipun kemajuan teknologi ada manfaatnya, mendiagnosa kesehatan sendiri hanya dengan berdasarkan informasi di internet dapat menimbulkan risiko tersendiri. 

Bayangkan, jika kamu salah minum jenis obat karena kamu salah mendiagnosis keadaanmu sendiri? Tentu akan berakibat fatal jika terus-menerus dilakukan!

Apa Itu Self Diagnosis?

Dikutip Tuturpedia.com dari laman Highland Spring pada Kamis (7/9/23), self-diagnosis adalah proses mendiagnosis atau mengidentifikasi kondisi medis yang dilakukan oleh diri sendiri.

Saat ini kebanyakan orang akan menggunakan Google untuk melihat gejala suatu penyakit dan mencocokkannya dengan kondisi tubuh sendiri. 

Seringkali self-diagnosis salah dan bisa menyesatkan orang, karena itu pakar kesehatan sangat tidak menyukai hal ini. 

Saat kamu melakukan self-diagnosis, pada dasarnya kamu akan berasumsi bahwa kamu mengetahui seluk-beluk diagnosis tersebut.

Dilansir dari Psychology Today, hal ini bisa sangat berbahaya karena kamu akan menebak-nebak apa yang terjadi pada dirimu sendiri.

Contohnya, ketika suasana hatimu kurang baik, lalu kamu mencari penyebabnya di internet dan menemukan jika ternyata hal tersebut sebagian dari gejala bipolar.

Padahal perubahan suasana hati bisa menjadi bagian dari banyak skenario klinis. 

Tentu kamu memerlukan jasa dokter untuk membantu membedah apakah keadaan tersebut adalah normal atau merujuk ke satu penyakit.

Tentu dokter pun memiliki banyak pertimbangan sebelum akhirnya membuat sebuah diagnosis yang tepat. 

Kesalahan self-diagnosis juga akan berakibat pada kesalahan treatment, yang mungkin malah tidak cocok atau berdampak buruk untukmu. 

Para penyedia layanan kesehatan seringkali khawatir dengan fenomena ini. Sebab ada sejumlah resiko yang bisa terjadi jika salah melakukan self-diagnosis.

Apa Risiko dari Self Diagnosis?

Penyedia layanan kesehatan seringkali khawatir tentang tindakan Anda usai mendapatkan informasi kesehatan tersebut dari internet.

Banyak dari mereka mengatakan bahwa informasi online adalah yang terbaik jika Anda menggunakannya untuk melengkapi percakapan dengan mereka, bukan sebagai penggantinya.

Sejumlah risiko dapat timbul ketika Anda menggunakan informasi medis online untuk mendiagnosis atau mengobati diri sendiri:

  • Menjadi terlalu yakin: Kamu mungkin yakin dengan self-diagnosis yang kamu lakukan dan kemudian sulit mempercayai diagnosis lain dari penyedia layanan kesehatan setempat.
  • Takut dengan hal yang tidak perlu: Beberapa gejala bisa disebabkan oleh penyakit ringan, penyakit menular, atau sesuatu yang mematikan. Kamu bisa terbuai dengan informasi tersebut, yang belum tentu akurat.
  • Melakukan tes yang tidak perlu: Kamu mungkin terlalu khawatir tentang diagnosis tertentu dan bersikeras melakukan tes yang menurut penyedia layanan kesehatan setempat tidak diperlukan, sehingga membuang-buang waktu dan uang.
  • Sumber tidak dapat diandalkan: Siapapun dapat memposting secara online. Informasi mungkin tidak akurat, menyesatkan, atau bahkan sengaja dimanipulatif.
  • Perawatan yang berbahaya: Mengobati diri sendiri dapat menyebabkan bahaya serius akibat efek samping, overdosis, interaksi obat yang berbahaya, atau mengkonsumsi sesuatu yang tidak disarankan karena riwayat kesehatanmu.

Itulah beberapa resiko dan bahaya dari self-diagnosis yang mungkin secara tidak sadar pernah kamu lakukan.

Untuk mengetahui lebih pasti kondisi kesehatanmu, lebih baik untuk memeriksakannya ke layanan kesehatan setempat dan bertemu dokter, ya! Semoga membantu, Tuturpedians!***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version