banner 728x250

Baby Blues dan Depresi Pasca Melahirkan, Apa Bedanya?

Baby blues dan depresi pasca melahirkan memiliki perbedaan, kenali tanda-tandanya. FOTO: Pexels.com/Kristina Paukshtite
Baby blues dan depresi pasca melahirkan memiliki perbedaan, kenali tanda-tandanya. FOTO: Pexels.com/Kristina Paukshtite
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Istilah “baby blues” menjadi salah satu hal yang sering kali diwaspadai oleh para ibu yang baru saja melahirkan. Apalagi ibu baru yang memiliki bayi untuk pertama kalinya.

Pasca persalinan, banyak ibu yang jadi moody dan merasakan kelelahan luar biasa, apalagi secara emosional.

Sebenarnya, kondisi baby blues seperti ini wajar-wajar saja untuk periode yang singkat.

Pasalnya, kadar hormon dalam tubuh mengalami penurunan signifikan setelah melahirkan. Hal tersebut bisa memengaruhi mood.

Ditambah lagi, tak jarang bayi terbangun setiap saat dan menangis, sehingga ibu harus segera menyusui. Kejadian seperti ini wajar di malam hari, yang bisa menyebabkan ibu kurang tidur.

Kondisi tubuh yang lelah dan kurang istirahat seperti ini bisa memicu perubahan mood atau emosi.

Nyatanya, kondisi baby blues ini tidak dialami oleh satu atau dua ibu saja. Data dari March of Dimes bahkan menunjukkan kalau baby blues dialami oleh 80 persen ibu yang baru melahirkan.

Seharusnya, baby blues akan hilang dengan sendirinya dalam hitungan hari.

Namun, jika kondisi tersebut berlangsung lebih lama dan justru bertambah parah, bisa jadi yang sedang dialami bukanlah baby blues melainkan depresi pasca melahirkan.

Dibandingkan baby blues, depresi pasca melahirkan lebih parah dan berlangsung lebih lama. WebMD menjelaskan bahwa sekitar 10 persen wanita mengalami kondisi ini.

Kecenderungan seorang ibu mengalami depresi pasca melahirkan meningkat ketika sang ibu sudah mengalami depresi, atau memiliki riwayat depresi dalam keluarga.

Lantas, bagaimana cara membedakan baby blues dengan depresi pasca melahirkan? Dikutip Tuturpedia.com dari WebMD pada Kamis (7/9/2023), berikut penjelasannya.

Tanda-tanda Baby Blues

Berikut ini adalah beberapa tanda baby blues yang umum dialami para ibu:

  • Mood swings atau perubahan mood terjadi sangat cepat dari senang menjadi sedih.
  • Nafsu makan menurun atau kurang memperhatikan kondisi diri sendiri karena rasa lelah pasca persalinan.
  • Merasa lebih mudah marah, emosional, dan cemas.

Untuk mengatasinya, biasanya ibu bisa melakukan hal-hal yang disukai atau memenuhi kebutuhan dirinya sendiri sepanjang periode baby blues ini.

Misalnya beristirahat ketika bayi tidur agar tidak cepat kelelahan, mengonsumsi makanan sehat, berjalan kaki dan menghirup udara segar, serta meminta bantuan dari pasangan, keluarga, dan orang terdekat.

Tanda-tanda Depresi Pasca Melahirkan

Sementara itu, berikut ini adalah beberapa gejala depresi pasca melahirkan yang biasanya terjadi:

  • Merasa putus asa, sedih, sendiri, atau tak berharga sepanjang waktu.
  • Menangis terlalu sering.
  • Merasa tidak bisa menjadi ibu yang baik.
  • Tidak merasakan adanya ikatan atau kedekatan dengan buah hati.
  • Tidak bisa tidur, makan, atau merawat bayi karena rasa putus asa yang berlebihan.
  • Mengalami serangan panik atau kecemasan.

Ketika ibu mengalami depresi pasca melahirkan, biasanya ibu tidak ingin bercerita kepada siapapun. Salah satu alasannya adalah ketakutan di-judge tidak bisa menjadi ibu yang baik.

Hanya saja, ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan jelas perlu mendapatkan penanganan profesional.

Dengan begitu, ibu pun bisa memulihkan kondisi dirinya agar bisa merawat diri dan buah hati dengan baik.

Apabila ibu mengalami gejala depresi pasca melahirkan atau merasakan tanda-tanda baby blues yang tak kunjung mereda dalam 2 minggu pasca persalinan, segera hubungi dokter dan jangan menunggu sampai jadwal kontrol selanjutnya.

Biasanya, dokter akan menganjurkan sesi konseling atau meresepkan antidepresan untuk mengatasi gejala depresi pasca melahirkan yang dialami.

Tak hanya itu, dokter biasanya juga akan merekomendasikan ibu penderita depresi pasca melahirkan agar bergabung dalam support group.***

Penulis: K Safira

Editor: Nurul Huda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses