banner 728x250
News  

Awal Puasa Ramadan 2024 Berbeda: Muhammadiyah 11 Maret, NU 12 Maret

Awal puasa Ramadan 2024 NU dan Muhammadiyah berbeda. Foto: freepik.com/freepik
Awal puasa Ramadan 2024 NU dan Muhammadiyah berbeda. Foto: freepik.com/freepik
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Jadwal awal puasa Ramadan 1445 Hijriah atau tahun 2024 antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) berbeda.

Majelis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah mengumumkan awal puasa Ramadan pada esok hari, Senin, 11 Maret 2024.

Sementara peneliti BRIN memprediksi NU akan menjalani puasa pertama pada Selasa, 12 Maret 2024.

Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti mengatakan, keputusan Muhammadiyah dalam menetapkan awal puasa Ramadan 2024 yakni melalui metode hisab wujudul hilal hakiki. Keputusan ini juga tertuang dalam maklumat nomor 1/MLM/I.0/E/2024.

Muhammadiyah pun telah menentukan 1 Syawal atau Hari Idulfitri pada Rabu, 10 April 2024.

“Muhammadiyah tetapkan 1 Ramadan 1445 H pada 11 Maret, Idulfitri 1 Syawal pada 10 April, dan Puasa Arafah 9 Zulhijah pada 16 Juni, serta Iduladha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024,” ujar Sayuti, dikutip Tuturpedia dari laman Muhammadiyah, Minggu (10/3/2024).

Sementara NU masih melakukan metode melihat hilal dalam menentukan 1 Ramadan 1445 Hijriah. Akan tetapi, sejumlah pakar telah memprediksi awal puasa Ramadan antara NU dan Muhammadiyah di tahun ini akan berbeda.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, NU akan menjalani puasa pada Selasa, 12 Maret lantaran posisi hilal saat ini di Indonesia masih rendah.

“Saat magrib nanti, tanggal 29 Syakban atau Minggu, 10 Maret ini posisi hilal di wilayah Indonesia memang masih sangat rendah. Di wilayah Indonesia Timur (WIT) masih di bawah ufuk, sementara di Wilayah Indonesia Barat (WIB) ketinggiannya hanya 1 derajat atau kurang,” ucapnya.

Menurut Thomas, dengan ketinggian yang sangat rendah tersebut tidak memungkinkan untuk bisa melihat hilal. 

“Karena ini juga bergantung pada elongasi atau jarak sudut bulan matahari dan dari faktor cahaya syafaq atau cahaya senja yang biasanya ditentukan dari parameter ketinggian,” kata Thomas.

Metode yang dilakukan NU juga merupakan hasil kesepakatan antara Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

“Kriteria MABIMS mensyaratkan ketinggian bulan minimal 3 derajat dan elongasi 6,4. Padahal pada saat magrib nanti ketinggiannya masih terlalu rendah,” pungkasnya.

Kementerian Agama mengimbau masyarakat untuk mengedepankan sikap saling menghormati terhadap perbedaan awal puasa Ramadan 1445 Hijriah.

Selain itu, dialog para pihak juga patut didengar agar bisa memahami dan saling berbagi informasi terkait argumentasi masing-masing dalam mengawali ibadah puasa.

“Kita hormati pilihan dan keyakinan umat Islam dalam mengawali puasa Ramadan 1445 H/2024 M. Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan,” bunyi keterangan resmi Kemenag.***

Penulis: Angghi Novita.

Editor: Annisaa Rahmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses