Indeks
Techno  

Artificial Intelligence (AI) Dianggap Berisiko untuk Keamanan Sistem Keuangan, Apa Sebabnya?

AI dinilai berisiko terhadap sistem keuangan. Foto: freepik.com/freepik
AI dinilai berisiko terhadap sistem keuangan. Foto: freepik.com/freepik

Tuturpedia.comArtificial Intelligence (AI) merupakan penemuan yang mempunyai kekuatan dalam perubahan bentuk yang sangat besar serta melibatkan masyarakat dan perekonomian dunia.

AI berperan penting untuk membentuk sektor ekonomi dan keuangan makin berkembang, kemudian dilihat sebagai mesin produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang tepat.

Lalu meningkatkan pengambilan keputusan serta menciptakan produk dan idustri baru.

Meskipun dinilai sangat membantu, untuk pertama kalinya Regulator keuangan di Amerika Serikat mengatakan jika AI sebagai risiko terhadap sistem keuangan.

Dikutip Tuturpedia.com dari laman Al Jazeera (17/12/23), menurut laporannya, Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan menuturkan jika peningkatan penggunaan AI dalam layanan keuangan menjadi “kerentanan” yang harus diawasi.

Hal yang sama juga dilaporkan oleh International Monetary Fund (2023), sehubungan dengan risiko yang berada di teknologi tersebut, penerapan aplikasi AI di sektor keuangan ini pun menimbulkan beberapa kekhawatiran.

Kekhawatiran itu meliputi bias yang melekat dan kelemahan privasi, seperti cara yang tidak cukup jelas dalam hasil, masalah ketahanan, keamanan siber, serta dampak AI terhadap stabilitas keuangan.

Tiga Risiko Utama AI Terhadap Sistem Keuangan

Ada tiga kemungkinan utama risiko yang akan dihadapi sistem keuangan jika bergantung pada AI, yaitu sebagai berikut:

1. Privasi data: Sistem otomatis yang ada pada GenAI memungkinkan adanya data keuangan yang tersebar luas, baik itu informasi sensitif maupun data pribadi. 

Sebagian sistem GenAI acapkali secara terus terang mengatakan bahwa mereka tidak bisa menjamin keamanan, kerahasiaan informasi, dan data yang diberikan oleh pengguna.

2. Bias data: GenAI bisa menampilkan cara yang cepat dan berbiaya rendah bagi lembaga keuangan untuk membuat profil klien mereka, seperti manajemen risiko dan menyaring transaksi yang mencurigakan. 

Akan tetapi, potensi yang berlebihan atas profil yang dihasilkan GenAI serta tidak sesuai perlindungan, bisa menghasilkan penilaian klien yang tidak akurat.

Di sisi lain, chatbot berbasis GenAI termasuk masalah yang cukup sensitif saat sistem sedang digunakan untuk menjawab pertanyaan dan keluhan klien. Sebab, ada beberapa klien yang tidak sadar jika mereka sedang berhadapan dengan sistem otomatis.

3. Serangan siber: Sebagaimana kita ketahui, teknologi GenAI ialah fenomena yang masih baru, sehingga skala kerentanannya dalam menghadapi serangan siber masih belum dipahami secara lengkap.

Serangan-serangan tersebut tergantung dengan pengembangan rangkaian perintah yang sudah dirancang dengan saksama untuk melewati filter dan aturan GenAI.

Selain itu, bisa saja memasukkan data atau petunjuk yang berbahaya. Yang membuat serangan siber dapat mengambil data sensitif.

Munculnya ChatGPT telah mendatangkan kekhawatiran terkait risiko yang berpotensi ditimbulkan oleh GenAI.

Beberapa lembaga keuangan besar dilaporkan telah melarang karyawannya menggunakan ChatGPT karena adanya potensi pelanggaran Peraturan Perlindungan Data Umum di Uni Eropa.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version