banner 728x250

Apa Alasan Afrika Selatan Membela Palestina hingga ke ICJ? Altruisme atau Oportunisme?

Berikut alasan Afrika Selatan bela Palestina hingga ke ICJ. Foto: x.com/CIJ_ICJ
Berikut alasan Afrika Selatan bela Palestina hingga ke ICJ. Foto: x.com/CIJ_ICJ
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Pekan lalu, Afrika Selatan mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Yaitu dengan meminta Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag untuk memutuskan apakah kekerasan dan tragedi kemanusiaan yang terus terjadi di Gaza merupakan genosida.

Mahkamah Internasional (ICJ) memulai sidang mengenai kasus genosida Israel ke Gaza pada hari Kamis (11/1/2024). 

Pada persidangan tersebut, pihak Afrika Selatan mengajukan berbagai bukti mengenai tuduhannya, salah satunya adalah serangan Israel terhadap Palestina yang telah menewaskan lebih dari 23.000 jiwa dan memblokade berbagai bantuan dari luar. 

“Israel mengerahkan 6.000 bom per minggu. Tidak ada yang selamat. Bahkan bayi yang baru lahir pun tidak. Para pemimpin PBB menggambarkannya sebagai kuburan anak-anak,” ucap seorang pengacara yang mewakili Afrika Selatan, Adila Hassim.

Kasus Afrika Selatan di Den Haag berpendapat bahwa Israel melanggar konvensi genosida tahun 1948, yang ditetapkan setelah Holocaust dan mengamanatkan agar semua negara mencegah terulangnya kejahatan serupa.

Mereka mengajukan dokumen setebal 84 halaman ke pengadilan yang merinci tindakan mengenai genosida di Gaza.

Lalu, apa sebenarnya yang melandasi langkah Afrika Selatan mengawali perlawanan terhadap invasi Israel ke Palestina? Apakah ini merupakan bentuk altruisme atau oportunisme?

Sebelum itu, altruisme adalah sifat yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Sedangkan oportunisme adalah paham yang semata-mata ingin mengambil keuntungan untuk diri sendiri tanpa berpegang pada prinsip tertentu.

Tindakan berani Afrika Selatan yang diketuai oleh presidennya, Cyril Ramaphosa menjadi sebuah pertanyaan akhir-akhir ini. 

Dilansir Tuturpedia dari Al Jazeera pada Selasa (16/1/2024), hal ini disebabkan karena kinerja di bidang ekonomi Ramaphosa yang buruk, pemadaman listrik yang melumpuhkan, korupsi di sektor publik, bersikap oportunistik, dan bukan sepenuhnya altruistik terhadap isu Palestina. Hingga hal ini menimbulkan asumsi negatif. 

Banyak yang menganggap jika tindakan Afrika Selatan yang diketuai Ramaphosa hanya untuk mencari simpati dan meningkatkan profilnya di luar negeri. Sehingga memberikan Ramaphosa kelonggaran untuk keluar dari masalah negaranya sendiri. 

Namun, hal ini dibantah beberapa analis. Tindakan Ramaphosa untuk membela Palestina adalah sebuah bentuk kemarahan bersama. Afrika Selatan bertekad kuat untuk membela keadilan dan membela kebenaran.

Terlebih lagi, saat Afrika Selatan berada di bawah pemerintahan apartheid, rakyat Palestina menunjukkan solidaritas kepada negara tersebut. 

Presiden Nelson Mandela juga terkenal dengan pernyataan bahwa kebebasan Afrika Selatan tidak lengkap tanpa kebebasan Palestina.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses