Tuturpedia.com – Bersamaan dengan Hari Kemanusiaan Sedunia yang jatuh pada hari Senin (19/8/2024), Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa jumlah pekerja bantuan di garis depan konflik dunia yang terbunuh meningkat tajam dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Di tahun 2023, ada sebanyak 280 pekerja bantuan kemanusiaan (mayoritas dari mereka adalah staf badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA) terbunuh di 33 negara menandai tahun paling mematikan dalam sejarah komunitas kemanusiaan global, dengan jumlah korban jiwa yang besar di Gaza.
Bukan hanya karena invasi Israel di Palestina, PBB juga menyebutkan tingkat kekerasan ekstrem di Sudan dan Sudan Selatan telah berkontribusi terhadap jumlah kematian yang tragis, baik pada tahun 2023 maupun pada tahun 2024.
“Jumlah yang sangat tinggi ini mewakili peningkatan 137 persen dibandingkan tahun 2022, ketika 118 pekerja bantuan kemanusiaan terbunuh,” ungkap Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).
Dengan adanya peningkatan jumlah kematian ini, PBB memperingatkan di tahun 2024 akan ada jumlah korban lebih banyak dan lebih mematikan. Menurut Database Keamanan Pekerja Bantuan PBB, hingga Rabu, 7 Agustus 2024 kemarin, jumlah pekerja bantuan kemanusiaan yang tewas dalam konflik mencapai setidaknya 172 pekerja.
PBB juga menegaskan kepada seluruh orang-orang yang berkuasa bertindak untuk mengakhiri pelanggaran terhadap warga sipil dan impunitas yang ditimbulkan oleh serangan-serangan keji tersebut.
Selain itu, terdapat juga surat bersama dari para pemimpin organisasi kemanusiaan akan dikirim ke negara-negara anggota Majelis Umum PBB, meminta komunitas internasional untuk mengakhiri serangan terhadap warga sipil, melindungi semua pekerja bantuan, dan meminta pertanggungjawaban para pelaku.
Personel Bantuan PBB Masih Ditahan di Yaman
Hingga saat ini, penahanan personel PBB dan individu lainnya oleh Houthi di Yaman masih berlanjut. Di kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat pada semua orang yang ditahan.
Pada pidatonya di Hari Kemanusiaan Sedunia, Guterres menyoroti situasi genting yang dihadapi oleh anggota masyarakat sipil, organisasi non-pemerintah nasional dan internasional, misi diplomatik, dan entitas sektor swasta yang telah ditahan oleh Houthi selama lebih dari dua bulan.
Ia juga mengutuk masuknya Houthi baru-baru ini ke dalam Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia di Sanaa, Ibu Kota Yaman.
“Sekretaris Jenderal menegaskan kembali bahwa mereka yang ditahan harus diperlakukan dengan penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia mereka dan bahwa mereka harus dapat menghubungi keluarga dan perwakilan hukum mereka,” seru Guterres.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah