Tuturpedia.com – Kaspersky Digital Footprint Intelligence baru-baru ini menganalisis bagaimana tingkat keamanan siber di aplikasi Telegram selama tahun 2024 ini.
Dalam laporan tersebut, ditemukan tren yang cukup meresahkan para penggunanya, yaitu angka cybercrime (kejahatan dunia maya) yang terus meningkat hingga pertengahan tahun 2024.
Keamanan siber sendiri menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan akhir-akhir ini bagi para peselancar dunia maya. Hingga pertengahan tahun 2024, banyak berita yang mengabarkan bagaimana sebuah sistem informasi diretas hingga menyebabkan kerugian berupa bocornya data-data penting.
Dalam laporan Kaspersky tersebut terungkap jika aktivitas kejahatan siber di aplikasi Telegram telah meningkat sebanyak 53% selama tahun 2024. Para penjahat siber diketahui menggunakan Telegram sebagai platform mereka untuk melancarkan aktivitas pasar bawah tanah.
Di laporan itu dijelaskan bahwa para penjahat dunia maya secara aktif mengoperasikan saluran dan grup di Telegram yang didedikasikan untuk mendiskusikan skema penipuan, mendistribusikan database yang bocor, dan memperdagangkan berbagai layanan kriminal, seperti pencairan dana, pemalsuan dokumen, serangan DDoS sebagai layanan, dan banyak lagi.
Bukan hanya itu, seorang analis Kaspersky Digital Footprint Intelligence, Alexei Bannikov mengatakan peningkatan cybercrime di Telegram juga disebabkan oleh beberapa faktor lainnya. Faktor pertama adalah kepopuleran Telegram yang sudah mencapai 900 juta pengguna bulanan.
Faktor kedua, para pengguna percaya jika Telegram merupakan aplikasi pengirim pesan paling aman dan independen yang tidak mengumpulkan data pengguna apa pun. Faktor ketiga adalah pembuatan komunitas yang relatif mudah sehingga dapat menggaet audiens dengan lebih cepat dan mudah.
Dengan segala kemudahan yang ditawarkan Telegram, para penjahat dunia maya ini menunjukkan kecanggihan dan keahlian teknis yang lebih sedikit dibandingkan dengan di forum web gelap yang lebih terbatas dan terspesialisasi. Hal ini disebabkan rendahnya hambatan masuk ke komunitas bayangan Telegram.
Bukan hanya itu, Telegram juga tidak memiliki sistem reputasi yang serupa dengan yang ditemukan di forum web gelap (seperti yang disoroti dalam penelitian Kaspersky ini). Akibatnya, banyak penipu di dunia kejahatan siber Telegram yang cenderung menipu sesama anggota komunitasnya.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.