Tuturpedia.com – Memasuki usia balita, tantrum menjadi hal yang umum dilakukan oleh anak-anak.
Tantrum sendiri merupakan istilah untuk menyebut luapan emosi seorang anak.
Umumnya anak menunjukkan sifat tantrum yang meledak-ledak, mulai dari merengek, menangis, berteriak, atau bahkan menendang.
Tantrum sebenarnya bukanlah masalah yang serius. Namun sering kali orang tua merasa kebingungan dan kewalahan dalam menghadapi sikap tantrum anak.
Terlebih lagi apabila anak mengalami tantrum di tempat umum dan sulit ditenangkan yang membuat orang tua sering kali menjadi pusat perhatian publik.
Ada beberapa penyebab anak mengalami tantrum. Namun, pakar neuro parenting dr Aisah Dahlan menjelaskan penyebab tantrum ini dari sisi psikologis anak.
Dikutip Tuturpedia.com dari YouTube Nikita Willy Official pada Jumat (7/6/2024), dr Aisah Dahlan menjelaskan apa yang harus dilakukan orang tua saat sang anak mengalami tantrum.
“Anak tantrum Bu yang satu selesai cepat ,yang satu nggak selesai-selesai, didiemin nggak diam-diam, bahkan sampai parah jedot-jedotin kepala dan lain-lain,” tanya Nikita Willy dalam podcast tersebut.
Menjawab hal tersebut, dr Aisah Dahlan pun mengatakan bahwa anak yang mengalami tantrum perlu ditemani oleh orang tuanya.
“Itu berarti ada 5 baterai yang kosong, itu biasanya ibu yang tidak belajar sistematika,” jawab dr Aisah Dahlan.
“Aku udah bujuk kok. Aku udah peluk kok, aku udah kasih hadiah kok tapi dia lupa nggak ditemenin,” imbuh dr Aisah Dahlan.
Menurut dr. Aisah Dahlan, seorang anak membutuhkan waktu yang berkualitas dari kedua orang tuanya meski hanya beberapa menit saja.
“Waktu kemudian ibunya nemenin saat tantrum, 15 menit nemenin itu sudah terisi baterai yang khusus quality time dan selesai,” sambungnya.
Lebih lanjut, dr Aisah Dahlan juga mengatakan bahwa penting bagi seorang anak untuk memvalidasi apa yang dirasakannya.
Apabila anak mengerti perasaannya, maka ia tak perlu meluapkan emosi dengan cara tantrum. Agar anak bisa memahami perasaannya tersebut, penting bagi orang tua untuk menanyakannya secara langsung.
“Kakak sedih? itu akan membuat anak mengerti bahwa yang dia alami saat ini sedang sedih, begitu pun ketika dia marah, ketika ditanya kakak marah, dia akan tahu kondisi tersebut bahwa dia sedang marah,” tutur dr Aisah.***
Penulis: Sri Sulistiyani.
Editor: Annisaa Rahmah.