Tuturpedia.com – Pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan jika pihaknya telah memberikan peringatan kepada Israel untuk tidak melanjutkan serangan perang ke Lebanon.
Peringatan tersebut dimaksud karena kekhawatiran AS jika tindakan tersebut dapat memprovokasi Iran untuk melakukan intervensi.
Para pejabat AS memperingatkan Israel bahwa “perang terbatas” atau “perang regional kecil” di Lebanon tidak mungkin dilakukan karena dapat dengan cepat meningkat di luar kendali.
Selain itu, pihak AS telah memperingatkan Israel tentang skenario di mana para pejuang pro-Iran dari Suriah, Irak, dan tempat lain dapat membanjiri Lebanon untuk bergabung dalam pertempuran jika terjadi perang yang meluas.
Perkiraan Serangan Balik Hizbullah ke Israel
Hizbullah yang didukung Iran menghadirkan ancaman terbesar bagi Israel dari sudut pandang militer. Pihak Israel mengatakan bahwa tentara dan lembaga pertahanan Israel semakin khawatir bahwa situasi di Lebanon yang makin dekat dengan dengan ‘titik balik’ atau ‘serangan balik’.
Hal yang akan terjadi jika serangan balik dilakukan oleh pihak Hizbullah adalah ribuan roket dan rudal presisi dikirimkan ke Israel setiap hari. Serangan ini tentunya akan menghancurkan sistem pertahanan udara Israel.
Analisis tersebut juga lah yang mendasari tidak adanya rencana perang untuk Lebanon yang disetujui hingga saat ini.
“Situasinya meningkat sejak Mei karena Hizbullah lebih berhasil melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap sasaran Israel yang tidak dapat dicegat,” kata seorang pejabat senior militer Israel.
Invasi Israel ke Palestina yang telah terjadi kurang lebih sembilan bulan juga menambah kekhawatiran pihak Israel sendiri. Terlebih Hizbullah yang makin teguh untuk memberikan kemerdekaan untuk Palestina.
Diketahui, menurut seorang Jurnalis Israel, Amor Harel, serangkaian percakapan telah dilakukan selama dua minggu terakhir dengan para pejabat di lembaga keamanan dan militer. Percakapan ini makin meningkatkan bukti bahwa Israel sedang menuju kegagalan multidimensi.
“Perang dengan Hizbullah akan membawa tantangan besar bagi pihak dalam negeri, karena wilayah utara dan tengah akan menghadapi ancaman dengan ukuran dan intensitas yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya,” ujar Amos.
Perang berdarah dan berintensitas tinggi antara Israel dan Hizbullah terakhir kali terjadi pada tahun 2006 menyusul penculikan tentara Israel oleh Hizbullah. Dewan Keamanan PBB memberlakukan Resolusi 1701 di Lebanon untuk mengakhiri konflik, yang mengamanatkan agar Hizbullah dilucuti. Namun, DK PBB atau Lebanon tidak menegakkan resolusi ini.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.