banner 728x250
Movie  

Alur Film Mantra Surugana Seram, Banyak Makna Tersirat

Press conference film Mantra Surugana. Foto: Sarah Anna Wahyuni Limbeng.
Press conference film Mantra Surugana. Foto: Sarah Anna Wahyuni Limbeng.
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Film Mantra Surugana mengangkat mantra Sunda dalam tradisi naskah lama. Ekspresi mantra yang diucapkan dalam bahasa Sunda kuno ini digunakan 5 abad silam. 

Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda. Pengamal mantra tersebut memiliki suatu tujuan tertentu. Mereka menganggap, membaca Mantra sama dengan membaca Doa.

Pada dasarnya, mantra adalah ekspresi doa yang digunakan untuk suatu tujuan baik. Teks-teks Sunda klasik menyiratkan bahwa umumnya mantra digunakan untuk kebaikan, kesejahteraan, kesuburan, dan kedamaian.

Dalam praktinya, mantra digunakan untuk menolak bala dan mara bahaya dalam upacara ruwatan. Sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan dilakukan untuk membersihkan lahan dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu. Di antara laku ruwatan itu ialah Udubasu, Kalabuat, Pulunggana, dan Surugana. Akan tetapi, ada juga yang menggunakannya untuk tujuan jahat, seperti mencelakakan manusia.

Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda. Rajah, jangjawokan, asihan merupakan sebagian bentuk lain dari ungkapan mantra yang mengikuti konteks penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. Pengemasan mantra ini biasanya dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah, dan unsur kesakralan. 

Namun selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini. 

Kajian struktur dan makna mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi Mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan Mantra. 

Mantra layak disikapi secara bijak agar Pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis.

Mantra Menjadi Bagian Dalam Kehidupan Masyarakat Sunda 

Naskah-naskah Sunda Buhun Kuno termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat. Sejumlah naskah tersebut tertulis pada daun gebang, lontar, gebang, belahan bambu, dan kulit kayu (daluang).

Secara umum, isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya.

TUTURPEDIA - Alur Film Mantra Surugana Seram, Banyak Makna Tersirat
Film Mantra Surugana. Foto: Sarah Anna Wahyuni Limbeng.

Sinopsis Film Mantra Surugana

Sejak tinggal di asrama kampus, Tantri (17) mengalami berbagai kejadian menyeramkan. Asta, Fey, dan Reza, senior di kampus, curiga hal itu terjadi karena Tantri tinggal

di kamar Arum, sahabat mereka yang tahun lalu hilang secara misterius bersama Luki. 

Keesokan harinya, suasana kampus gempar. Tantri menemukan mayat Luki sudah membusuk. Kepada Asta, Tantri mengaku mendapat bisikan misterius bahwa Luki bunuh diri secara mengerikan. 

Karena Tantri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, Asta dan teman-temannya minta Tantri mencari Arum. Namun di rumah Arum yang terbengkalai, Tantri menemukan buku kuno berisi Mantra. Mantra yang jika dirapalkan bisa membuat seseorang terbunuh. Ternyata, ada rahasia terkait mati Luki yang menyeret nama Asta dan teman-temannya sebagai orang-orang yang dimantrai. 

Niat menyelamatkan diri dari pengaruh mantra, namun malah berkembang menjadi bencana bagi Asta, teman-temannya, termasuk dirinya. Mantra yang telanjur terucap ternyata memanggil sosok pembalas dendam yang mengincar mereka. 

Dan, dendam itu ternyata ada hubungannya dengan masa lalu masing-masing. Tidak bisa tidak, Mantra harus dibalikkan. Buku Mantra harus dihancurkan. Jika tidak, mereka sendirilah yang hancur.

TUTURPEDIA - Alur Film Mantra Surugana Seram, Banyak Makna Tersirat
Film Mantra Surugana. Foto: Sarah Anna Wahyuni Limbeng.

Info Film

Judul: Mantra Surugana

Genre: Horor

Durasi: 98 Menit

Kategori Usia: 17+

Sutradara: Dyan Sunu Prastowo

Produser: Ervina Isleyen

Produser Eksekutif:

1. Supardi Tan

2. Ricky Wijaya

3. Felix Hamdany

CAST:

  • Sitha Marino sebagai Tantri
  • Cindy Nirmala sebagai Surugana & Dahlia
  • Rania Putrisari sebagai Arum
  • Fergie Brittany sebagai Asta
  • Shabrina Luna sebagai Fey
  • Rafael Adwel sebagai Reza
  • Dewa Dayana sebagai Mahesa
  • Yusuf Mahardika sebagai Luki
  • Arswendy Bening Swara sebagai Arman
  • Tegar Satrya sebagai Karta
  • Mike Lucock sebagai Jamal
  • Messi Gusti sebagai Tantri Kecil*

Kontributor Jakarta: Sarah Anna Wahyuni Limbeng

Editor: Al-Afgani Hidayat 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses