Jakarta, Tuturpedia.com — Jalur Alas Roban di Pantura kembali mencuri perhatian publik. Namun kali ini, bukan lewat kisah sopir malam atau obrolan warung kopi, melainkan melalui layar lebar. Unlimited Production bersama Narasi Semesta dan Legacy Pictures menggandeng sutradara Hadrah Daeng Ratu untuk mengangkat “mahkota horor jalanan” itu menjadi sebuah film bertajuk Alas Roban.
Sejak dulu, masyarakat di wilayah Pantura mengenal Alas Roban sebagai jalur hutan yang gelap, berkabut, dan menyimpan cerita yang bikin merinding. Lokasi ini terdiri dari kelokan tajam, rimbunan pepohonan, serta suasana sunyi yang kerap menjadi bahan cerita mistis para pengemudi malam. Tidak heran jika nama “Alas Roban” telah menjadi bagian dari imajinasi kolektif—lebih dari sekadar titik geografis di peta Jawa.
Film Alas Roban mencoba menangkap rasa mencekam tersebut secara visual dan naratif. Teaser perdana yang dirilis baru-baru ini langsung memancing reaksi publik. Atmosfernya dinilai berhasil menghidupkan ulang pengalaman menyeramkan yang sebelumnya hanya berbentuk cerita dari mulut ke mulut. “Woi, keren banget, merinding vibes-nya,” tulis akun @071.ck_y melalui komentar di media sosial. Akun @adissyoga juga menambahkan singkat, “Keren banget!” Komentar lain, seperti dari akun @ilhahoam, ikut meramaikan antusiasme dengan kalimat, “Siap ikuti perjalanan mencekam.”
Respons awal ini menjadi penting karena film horor kerap dinilai dari kemampuannya menciptakan atmosfer sebelum masuk ke alur cerita. Di tangan Hadrah Daeng Ratu, pendekatan visual film ditekankan pada vibe lokasi. Jalur Alas Roban bukan hanya latar tempat, tetapi hadir sebagai sebuah tokoh yang memimpin ketegangan. Penonton dibawa mengikuti napas dingin sang “jalan”—bukan sekadar jumpscare.
Dalam hal pemain, proyek ini diperkuat jajaran aktor dan aktris yang memiliki basis penonton kuat. Michelle Ziudith memerankan tokoh Sita, sementara Fara Shakila berperan sebagai Gendis. Rio Dewanto hadir sebagai Anto, Taskya Namya sebagai Tika, dan Imelda Therinne memerankan karakter Dewi Raras. Kehadiran mereka bukan hanya sekadar nama besar, tetapi menjadi jembatan emosional bagi penonton untuk masuk ke dunia Alas Roban.
Hadrah Daeng Ratu disebut sebagai sosok yang memahami bagaimana karakter lokasi dalam film bisa menjadi “makhluk hidup”. Dengan pengalaman menangani genre thriller dan psikologi, ia mencoba membangun horor yang fokus pada tensi alur, bukan sekadar efek kejut semata. Dalam proyek ini, latar kultural Alas Roban akan menjadi elemen penting—sesuatu yang sering diabaikan ketika horor Indonesia terlalu mengikuti trend visual.
Ketika teaser dirilis, banyak yang memberi pujian pada detail visualnya: kabut yang tebal, hutan yang seperti bergerak, serta komposisi warna yang seakan menelan karakter. Elemen-elemen tersebut memperkuat citra Alas Roban sebagai jalur “bernyawa”. Film ini berupaya menangkap sisi legenda yang selama ini hidup di ruang obrolan masyarakat.
Dengan jajaran produksi berpengalaman dan cast yang solid, Alas Roban membawa harapan baru untuk horor lokal—lebih matang, lebih atmosferik, dan melekat dengan kultur. Penonton dijanjikan perjalanan mencekam yang tidak hanya mengandalkan kejutan, tetapi juga tekanan psikologis yang membangun ketakutan secara perlahan.
Film ini akan tayang di bioskop pada 15 Januari 2026, menghadirkan pengalaman nonton yang diharapkan bisa menghidupkan kembali legenda jalur angker Pantura.
