banner 728x250

Akankah Harga Minyak Dunia Terus Melonjak Naik Selama Perang Israel-Palestina Berlangsung?

Perang Israel-Palestina berdampak pada harga minyak dunia. Foto: Freepik.com/atlascompany
Perang Israel-Palestina berdampak pada harga minyak dunia. Foto: Freepik.com/atlascompany
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Ketika dunia sudah bergulat dengan tingginya suku bunga dan inflasi, perang Israel dan Hamas semakin memperburuk keadaan. Salah satu dampak nyata dari perang ini adalah harga minyak dunia yang semakin melonjak tinggi. 

Harga minyak global telah melonjak sejak pecahnya pertempuran antara Israel dan Hamas di tengah spekulasi mengenai bagaimana konflik tersebut dapat mempengaruhi produksi energi di Timur Tengah.

Pada Senin, patokan global Minyak Mentah Brent naik 4,2 persen menjadi $88,15 per barel, sementara patokan AS West Texas Intermediate naik 4,3 persen menjadi $86,38 per barel.

Meskipun Israel maupun Jalur Gaza yang terkepung bukanlah produsen minyak yang signifikan, pasar telah terguncang oleh kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat menyebabkan ketidakstabilan regional yang lebih luas. 

Konflik terjadi di wilayah produsen minyak utama di Timur Tengah. Jika konflik terjadi di lebih banyak negara, investor khawatir hal ini akan berdampak negatif pada pasokan minyak.

Masih ada kekhawatiran bagi investor mengenai langkah Israel akan melancarkan operasi darat di Gaza dalam konflik Israel-Palestina.

Timur Tengah adalah rumah bagi beberapa produsen minyak terbesar di dunia, termasuk Iran dan Arab Saudi, serta rute transit utama seperti Selat Hormuz, yang dikenal sebagai “titik penyempitan minyak” (oil choke point) yang paling penting di dunia.

Dikutip dari laman Anadolu Ajansi, Sabtu (4/11/23) selain perang Israel-Palestina, naiknya harga minyak juga disebabkan oleh jatuhnya dolar AS terhadap mata uang lainnya turut membantu kenaikan harga minyak. Indeks dolar AS turun 0,15% menjadi $105,172.

Sementara itu, prediksi bahwa The Fed AS akan mempertahankan suku bunga kebijakannya pada tingkat yang sama lebih lama dari perkiraan terus menguat. Diperkirakan bank akan mempertahankan suku bunga kebijakan tetap konstan dalam tiga pertemuan berikutnya, berdasarkan penilaian di pasar uang.

Investor dengan cermat mengikuti kebijakan suku bunga di AS karena hal ini secara tidak langsung mempengaruhi permintaan minyak di konsumen minyak terbesar dunia.

Dikutip dari laman Aljazeera, kenaikan harga minyak saat ini mengingatkan kita akan krisis minyak tahun 1973 yang terjadi setelah Perang Oktober, ketika Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak terhadap Israel untuk mendapatkan kembali wilayahnya.

Seperti serangan Hamas pada hari Sabtu, perang 50 tahun yang lalu dimulai pada hari libur Yahudi dan tidak disadari oleh pasukan Israel.

Menanggapi dukungan AS terhadap Israel selama konflik tahun 1973, negara-negara penghasil minyak Arab mengurangi produksi minyak dan menerapkan embargo terhadap AS dan beberapa sekutunya, sehingga menyebabkan harga minyak melonjak empat kali lipat pada bulan-bulan berikutnya.

Namun, situasi saat ini sangat berbeda dengan masa lalu. Kemungkinan harga minyak naik dramatis seperti tahun 1973 tidak terlihat. 

Lonjakan harga minyak juga sempat terjadi saat invasi Rusia ke Ukraina terjadi tahun lalu. Berbeda dengan situasi tersebut, perang Israel-Palestina tidak melibatkan negara-negara penghasil minyak secara langsung. 

Sehingga dalam jangka pendek kondisi ini tidak menimbulkan risiko terhadap pasokan minyak yang rendah.

Namun, hal itu bisa berubah jika konflik menyebar ke negara lain, terutama ke negaraTimur Tengah yang notabennya penghasil minyak terbesar dunia.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses