Jakarta, Tuturpedia.com – Pernah merasa berada di titik hidup di mana kamu harus memilih jalan yang bertentangan dengan keinginan keluarga? Film “Air Mata Mualaf” hadir dengan kisah yang sangat dekat dengan realita banyak perempuan masa kini—tentang keberanian memilih jalan hidup, spiritualitas, cinta keluarga, hingga kesetiaan pada suara hati sendiri.
Film drama religi keluarga ini dibintangi Acha Septriasa, Achmad Megantara, Dewi Irawan, Rizky Hanggono dan aktor lintas negara dari Indonesia, Malaysia, hingga Australia. “Air Mata Mualaf” siap tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 27 November 2025, disusul Asia Tenggara dan Timur Tengah pada awal Desember, dan akan streaming global di Netflix pada 2 April 2026.
Mengangkat Perjalanan Spiritual Perempuan—Tanpa Menggurui
Berbeda dari film religi pada umumnya, “Air Mata Mualaf” tidak mengarahkan penonton untuk mengikuti sesuatu, tetapi mengajak mereka merasakan perjalanan batin seorang perempuan yang sedang mencari jati diri.
Tokoh utamanya, Anggie, diperankan oleh Acha Septriasa, digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat, berpikir, dan sadar akan pilihannya. Ia bukan korban pasif. Ia terluka, tetapi juga bangkit dan menemukan kembali dirinya.
Film ini berani menampilkan konflik perempuan dengan keluarganya bukan sebagai pemberontakan, melainkan bentuk cinta dan kejujuran pada hati.
“Banyak orang melihat perempuan yang berbeda pilihan dengan keluarganya sebagai pemberontak. Padahal sering kali, mereka justru yang paling banyak berpikir dan paling dalam mencintai,” kata Acha Septriasa. Ia melanjutkan, “Anggie tidak ingin melawan ibunya, dia hanya ingin jujur pada hatinya. Dan menurut saya, itu salah satu bentuk keberanian perempuan yang paling kuat.”
Konflik Ibu dan Anak yang Relate: Cinta Kadang Tak Sejalan dengan Harapan
Di balik pilihan Anggie untuk memeluk Islam, terdapat konflik emosional dengan ibunya (diperankan Dewi Irawan) yang begitu menyentuh. Bukannya membenci, sang ibu justru takut kehilangan anaknya.
Dewi Irawan menyampaikan bahwa peran ini menjadi salah satu yang paling emosional sepanjang kariernya.
“Saya memerankan ibu yang tidak jahat, tapi takut. Takut anaknya berubah, takut ditinggalkan, takut gagal sebagai orang tua. Kadang kita menolak bukan karena kita benci, tapi karena kita panik,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa film ini mengajarkan bahwa cinta dan perbedaan bisa tetap berdampingan jika saling mendengar.
Hal inilah yang membuat “Air Mata Mualaf” dekat dengan banyak keluarga—terutama mereka yang pernah bersinggungan dengan perbedaan keyakinan, pilihan hidup, atau cara pandang antar generasi.
Sinopsis: Luka, Harapan, dan Jalan Pulang
Anggie adalah mahasiswi Indonesia di Australia yang mengalami kekerasan dalam hubungan oleh kekasihnya, Ethan. Dalam kondisi terluka lahir dan batin, ia jatuh pingsan di depan sebuah masjid dan ditolong oleh seorang gadis pengurus masjid. Dari sana, Anggie merasakan kedamaian baru yang membawanya pada titik balik hidupnya.
Ia mempelajari Islam, menemukan ketenangan, namun harus menghadapi penolakan keluarga. “Air Mata Mualaf” menyajikan proses penyembuhan emosional, spiritual, dan hubungan ibu-anak yang penuh air mata namun juga harapan.
Pesan yang Menyentuh Perempuan: Boleh Tak Diikuti, Tapi Jangan Mengkhianati Diri Sendiri
Film ini menegaskan bahwa perempuan punya hak penuh atas suaranya—meskipun hal itu berarti berjalan sendirian. “Air Mata Mualaf” merayakan keberanian perempuan untuk memilih, bangkit, dan tetap lembut tanpa kehilangan pendirian.
Film ini juga mengangkat konsep istiqomah bukan sekadar istilah religi, tetapi kekuatan batin untuk bertahan pada keyakinan dengan penuh cinta dan kelembutan.
Diproduksi Lintas Negara, Diangkat dengan Sentuhan Sinematis yang Hangat
“Air Mata Mualaf” disutradarai oleh Indra Gunawan dan diproduksi oleh Merak Abadi Productions bersama Suraya Filem Malaysia. Dengan durasi 111 menit, film ini menggunakan Bahasa Indonesia dan tersedia subtitle Inggris.
Rumah produksi berharap film ini bukan hanya menghibur, tapi juga membuka hati dan ruang dialog keluarga. Seperti pesan utamanya: cinta tidak selalu berarti menyamakan, tetapi menerima.
– Tayang bioskop Indonesia: 27 November 2025
– Asia Tenggara & Timur Tengah: awal Desember 2025
– Netflix Global: 2 April 2026
Ikuti media sosial resmi untuk update trailer, poster, dan video eksklusif di balik layar:
– Instagram & TikTok: @airmatamualaf.movie
– YouTube: Merak Abadi Productions
– Official Hashtag: #JalanPilihanku
“Air Mata Mualaf” bukan sekadar film religi—melainkan film tentang cinta, pilihan, keberanian, dan pulang ke diri sendiri. Cocok ditonton keluarga, pasangan, dan siapa pun yang sedang berjuang memperjuangkan suara hati.
















