Tuturpedia.com – Ngesti Pandowo, satu-satunya grup Wayang Orang (WO) yang masih eksis di Kota Semarang berulang tahun ke-87 pada 2024.
Momen tersebut dirayakan dengan pementasan wayang orang dengan lakon atau kisah berjudul Kalimasada pada Sabtu (13/7/2024). Pementasan yang biasanya menarik biaya masuk kali ini digelar secara gratis bagi masyarakat dengan durasi 2-3 jam yang dimulai pada pukul 20.00 WIB.
Dari gedung lama, lokasi pentas bergeser ke Gedung Baru Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) yang masih berada dalam satu komplek.
Gedung Kesenian serbaguna yang mulai digunakan sejak 2023 tersebut disebut-sebut memiliki fasilitas panggung, pencahayaan, dan cahaya bertaraf internasional yang dilengkapi bangku penonton bertingkat.
Nama besar Ngesti Pandowo ditambah fasilitas yang memadai membuat pertunjukan yang dihadiri Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu tersebut penuh oleh penonton.
Momen tersebut pantas untuk merayakan sejarah panjang Ngesti Pandowo dan jasanya dalam menjaga roh kesenian tradisional di Kota Semarang.
Dilansir Tuturpedia dari situs resmi Ngesti Pandowo pada Kamis (18/7/2024), grup WO ini semula berdiri di Madiun pada 1937 dan berpindah-pindah kota untuk pentas. Di Semarang, mereka memperoleh sambutan baik dari wali kota sehingga memutuskan untuk menetap di Kota Lunpia.
Salah satu dari lima pendirinya adalah Ki Narto Sabdo, dalang wayang kulit dan penggubah lagu Jawa legendaris yang karyanya begitu berpengaruh hingga kini.
Masa keemasan berlalu pada masa Orde Lama hingga diundang ke Istana Negara, Jakarta, untuk tampil di depan Presiden Soekarno.
Sang proklamator pun kemudian menganugerahkan penghargaan kesenian Wijayakusuma pada 1960 atas jasa Ngesti Pandowo dalam menjaga kesenian wayang orang di Semarang.
Ngesti Pandowo kembali tampil menghibur orang nomor satu di Indonesia pada masa Presiden Soeharto.
Pada masa jayanya, pertunjukan yang memadukan seni teater, tari, dan musik ini berpentas di Gedung GRIS yang kini menjadi lahan dari Pollux Mall Paragon. Sejak tahun 1994, Ngesti Pandowo pindah ke TBRS, aset milik Pemerintah Kota Semarang, yang terus berlanjut hingga kini.
Meski animo masyarakat tidak lagi seperti masa keemasan Ngesti Pandowo, grup wayang ini rutin melakukan pentas setiap malam minggu. Pementasan dimulai pukul 20.00 WIB dengan lakon yang berbeda-beda.
Sebagai wujud perhatian, Pemerintah Kota Semarang menjanjikan renovasi terhadap gedung Ki Narto Sabdo yang selama ini menjadi lokasi pentas rutin Ngesti Pandowo.
Revitalisasi tersebut sangat dibutuhkan mengingat WO memerlukan regenerasi penonton, terutama dari generasi muda, yang dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas yang memadai. Hingga saat ini gedung lama belum memiliki pendingin udara dan banyak mengalami kerusakan pada bagian langit-langit.
Padahal gedung tersebut banyak didatangi oleh wisatawan yang ingin mengenal atau menikmati kesenian wayang orang. Perbaikan tersebut diharapkan akan membantu Ngesti Pandowo terus bertahan melintasi zaman dan mencapai ulang tahun-ulang gemilang di masa mendatang.***
Penulis: Fadillah Wiyoto.
Editor: Annisaa Rahmah.















