Tuturpedia.com – Pemilihan dua orang panelis debat capres 2024 yang berasal dari Universitas Pertahanan atau Unhan menimbulkan penolakan dari capres-capres lain hingga Mahfud MD turut buka suara.
Dikutip Tuturpedia.com dari berbagai sumber, Jumat (05/01/2024), Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan 11 panelis yang akan hadir sekaligus memberikan pertanyaan pada debat capres 2024 mendatang.
Sayangnya pemilihan panelis ini menuai penolakan dari calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau yang kerap disapa Cak Imin.
Cawapres nomor urut 1 tersebut memprotes adanya dua panelis debat yang berasal dari Universitas Pertahanan (Unhan).
Berbeda dengan Cak Imin, Mahfud justru menanggapi santai hal tersebut. Ia justru mengaku tak mempermasalahkan dua orang panelis yang berasal dari Unhan itu.
“Tidak apa-apa,” kata Mahfud Md ketika ditemui di Katedral Jakarta pada Kamis (4/1).
Mahfud bahkan menyampaikan jika dirinya tidak mempermasalahkan asal dari Panelis tersebut. “Dari mana aja lah,” ujar Mahfud.
Sama halnya dengan Mahfud MD, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud juga ikut menanggapi dengan adanya dua panelis yang berasal dari Universitas Pertahanan (Unhan).
Todung Mulya Lubis selaku Deputi Bidang Hukum TPN Ganjar-Mahfud mengatakan bahwa dirinya tidak mau berspekulasi apapun dan memilih berprasangka baik.
Namun, dirinya berharap bahwa pertanyaan maupun materi yang akan ditanyakan pada debat capres 2024 nanti tidak bocor meskipun ada dua orang panelis yang berasal dari Unhan.
“Saya enggak mau berspekulasi. Saya punya prasangka baik terhadap semua panelis itu, mudah-mudahan tidak ada yang bocor,” kata Todung.
KPU memang sudah mengumumkan kesebelas panelis debat yang di antara sebelas orang tersebut, ada dua orang yang berasal dari Unhan.
Kedua orang tersebut merupakan Dr. Kusnanto Anggoro selaku Pakar Keamanan Universitas Pertahanan dan Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio selaku Ketua Dewan Guru Besar Universitas Pertahanan.
Debat capres 2024 yang ketiga ini akan digelar pada Minggu (7/1/2024) di Istora Senayan, Jakarta Pusat.***
Penulis: Niawati
Editor: Nurul Huda