Tuturpedia.com – Celine Dion harus rela menunda semua jadwal tur yang sudah direncanakan hingga 2024 mendatang.
Bukan tanpa alasan, penundaan ini disebabkan Celine Dion yang didiagnosis menderita Stiff Person Syndrome atau dikenal sebagai penyakit autoimun yang cukup langka.
Stiff Person Syndrome merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan kejang otot dan membuat penderita mengalami rasa sesak yang sangat ekstrem.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh penyanyi tembang ‘My Heart Will Go On’ pada akun instagramnya.
Ia menyampaikan kondisinya pasca diagnosis penyakit tersebut dan mengatakan jika hal ini dapat mempengaruhi kualitas suaranya.
“Saya sudah lama menghadapi masalah kesehatan dan sangat sulit bagi saya untuk menghadapi tantangan ini dan berbicara tentang semua yang telah saya lalui. Sangat berat untuk saya menyampaikan bahwa saya belum siap untuk melakukan tur Eropa di bulan Februari ini,” Tulis Celine pada postingan Instagramnya, Kamis (8/12/22).
Berita ini tentu membuat para Red Heads khawatir. Dilansir Tuturpedia.com dari akun Instagram @funseleb.id, Senin (18/9/23) keluarga Celine Dion mengaku tak bisa berbuat banyak untuk mengatasi penyakit yang diidapnya.
Lalu, apa sebenarnya penyakit autoimun Stiff Person Syndrome itu? Apa gejala awal yang terjadi saat penyakit ini menyerang?
Dirangkum Tuturpedia.com dari berbagai sumber, berikut informasi lengkap mengenai Stiff Person Syndrome.
Apa itu Stiff Person Syndrome?
Singkatnya, Stiff Person Syndrome (SPS) merupakan kondisi kronis langka yang menyebabkan otot menjadi kaku dan kejang otot yang sangat menyakitkan. Tingkat keparahan penyakit ini sangat bervariasi bagi beberapa orang.
Stiff Person Syndrome (SPS) adalah kelainan neurologis autoimun yang menyebabkan kejang otot dan akan memburuk seiring berjalannya waktu.
Beberapa orang yang mengidap penyakit ini mengalami gejala umum, seperti gaya jalan yang tidak stabil, penglihatan kabur, dan berbicara yang tidak jelas. Gejala bisa berbeda tergantung dari jenis SPS yang dimiliki seseorang.
Penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Beberapa ahli memperkirakan jika jenis autoimun ini dapat berkembang saat sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan atau memperlambat pertumbuhan sindrom ini.
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan penderita SPS adalah bekerja sama dengan spesialis untuk mengendalikan gejala dan mempermudah hidup penderitanya.
Penyakit SPS ini diketahui sering menyerang seseorang yang berusia 40 – 50 tahun.
Belum ada kasus yang menyatakan SPS terjadi pada anak-anak hingga saat ini. Sindrom ini dikatakan langka karena hanya ada satu hingga dua pengidap saja dari satu juta orang di dunia.
Maka, para ahli masing menganggap jika SPS adalah suatu spektrum kelainan yang langka ditemui.
Gejala Stiff Person Syndrome
Terdapat dua gejala yang akan dirasakan oleh orang yang mengidap SPS, yaitu:
- Kaku otot. Gejala ini biasanya terjadi di bagian perut, dada, punggung, lengan dan kaki. Ketika gejala muncul, penderita akan merasa sakit dan tidak nyaman. Tingkat keparahan gejala ini pun bisa berubah-ubah.
- Kejang otot. Gejala ini bisa melibatkan area tertentu dan juga seluruh tubuh penderita. Kejang otot bisa terjadi dalam kurun waktu yang bervariasi, baik detik, menit, hingga jam. Hal yang bisa memicu gejala ini adalah suara yang sangat keras, rangsangan fisik, perubahan suhu, dan stres.
Gejala SPS ini bisa menyebar ke area tubuh lainnya dan memburuk seiring berjalannya waktu.
Memburuknya gejala ini akan memakan waktu yang berbeda-beda bagi sebagian orang.
Buruknya gejala SPS bisa ditandai dengan kejang otot yang semakin parah dan membatasi pergerakan penderita sehari-hari.
Pengobatan Stiff Person Syndrome
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, belum ada pengobatan yang pasti untuk menghilangkan gejala SPS ini.
Perawatan yang dilakukan dokter akan berfokus pada manajemen gejala dan meminimalkan risiko cacat pada penderita.
Di beberapa kasus, pasien juga diberikan resep obat yang dikenal dengan benzodiazepin yang dapat melemaskan otot dan mengurangi gejala kaku hingga kejang otot.
Ada juga pengobatan yang menggunakan infus antibodi atau dikenal dengan imunoglobulin intravena (IVIG).
Pada kasus Celine Dion, ia dibantu oleh tim dokter dan terapis untuk memperingan gejala Stiff Person Syndrome yang dideritanya.
Namun, tidak ada informasi pasti mengenai terapi apa yang ia lakukan saat ini.
Meskipun melalui fase pemulihan yang penuh tantangan, Celine berharap jika perjuangannya untuk sembuh bisa membuatnya tampil maksimal di tur dunia yang tertunda hingga 2024 nanti.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda