Tuturpedia.com—Waduk Gajah Mungkur mengalami masa surut akibat musim kemarau. Dari masa surut tersebut, terjadi fenomena yang cukup unik. Makam-makam dengan nisan batu kapur terlihat di permukaan waduk.
Dirangkum oleh Tuturpedia.com dari berbagai sumber pada Kamis (14/9/2023), Waduk Gajah Mungkur terletak persisnya di desa Danuarjo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri.
Luasnya sekitar 8.800 hektar dengan panjang 1425 meter, tinggi 42 meter dan volume 730 juta meter kubik.
Berlokasi di pertemuan antara sungai Bengawan Solo dengan Sungai Keduwang, pembangunan waduk Gajah Mungkur ini bertujuan untuk menampung bendungan air dari sungai Bengawan Solo.
Pada awal pembangunannya Waduk Gajah Mungkur merupakan hasil pertimbangan setelah melihat perkembangan Sungai Bengawan Solo pada 1970-an.
Pada 1966, terjadi banjir besar Solo hingga Bojonegoro akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo ketika musim hujan. Banjir tersebut tercatat menelan banyak korban jiwa.
Memasuki musim kemarau, Sungai Bengawan Solo mengalami masa surut yang cukup parah sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan air warga. Akhirnya, dimulailah proses pembangunan Waduk Gajah Mungkur pada tahun 1978.
Sebanyak 51 desa di 6 kecamatan ditenggelamkan guna dialihfungsikan menjadi waduk. Lebih dari 60 ribu jiwa juga dipindahkan atau transmigrasi ke sejumlah daerah, yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Sebagai penghargaan atas pengorbanan masyarakat yang terkena dampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur, dibangunlah Monumen Bedol Desa di tepi Waduk Gajah Mungkur.
Makam-makam batu kapur yang terlihat di permukaan Waduk Gajah Mungkur dipercaya sebagai pemukiman warga sebelum ditenggelamkannya desa-desa tersebut.
Makam tersebut adalah komplek pemakaman Sekono, salah satu desa yang ikut ditenggelamkan.
Makam ini terlihat setiap Waduk Gajah Mungkur surut di musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli sampai September, saat kekeringan mencapai puncaknya.
Sudah banyak terjadi kejadian mistis di daerah makam bawah air ini. Para pengunjung Waduk Gajah Mungkur diminta untuk menghormati dan tidak merusak situs pemakaman ini.***
Penulis: Ainusshoffa Rahmatiah
Editor: Redaksi Tuturpedia
Respon (0)