Tuturpedia.com – Politikus Budiman Sudjatmiko secara resmi dipecat oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Kamis, 24 Agustus 2023. Pemecatan itu merupakan sanksi atas manuvernya yang terang-terangan memberikan dukungan kepada bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Surat pemecatan Budiman ditandatangani resmi oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Sosok Budiman telah lama mewarnai panggung politik di Indonesia. Budiman dikenal karena vokal menyuarakan aspirasi rakyat di masa Orde Baru, dan berani menuntut reformasi di akhir pemerintahan Presiden Soeharto.
Anak Desa Berjiwa Nasionalisme
Berdasarkan situs pribadi budimansudjatmiko.net, Budiman lahir di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tanggal 10 Maret 1970. Kini, Budiman berusia 53 tahun.
Sosoknya tumbuh besar di Cilacap, Bogor dan Yogyakarta, di tengah keluarga yang menanamkan nilai-nilai kegamaan, nasionalisme dan kepedulian.
Sejak SMP dan SMA Budiman aktif berdiskusi dan berorganisasi. Pun ketika dirinya menyandang status mahasiswa, dirinya aktif terlibat dalam gerakan mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM.
Salah satu kegiatannya kala itu yakni menjadi community organizer, yang melakukan proses pemberdayaan politik, organisasi dan ekonomi di kalangan petani dan buruh perkebunan di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibat kegiatannya, kuliahnya di UGM tidak pernah rampung.
Mendirikan PRD
Sekitar tahun 1994, Budiman bersama sejumlah rekannya mendirikan Persatuan Rakyat Demokratik (PRD). Budiman ditunjuk menjadi ketua PRD.
Di tahun 1996, PRD bertransformasi menjadi sebuah partai. Budiman bersama PRD pernah memimpin aksi massa yang mendukung Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI kala itu, dan menolak Soeryadi sebagai Ketua Umum PDI, yang merupakan orang pilihan Presiden ke-2 RI Soeharto.
Lantaran manuvernya, Budiman justru dipenjara karena tuduhan menjadi dalang peristiwa Sabtu Kelabu (27 Juli 1996) oleh pemerintah Orde Baru. Kala itu, dia divonis dengan hukuman 13 tahun penjara. Namun, Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999.
Selepas dipenjara, Budiman melanjutkan studinya yang tertunda. Dia berkuliah di Universitas London dan melanjutkan gelar Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.
Langkah Politik di PDIP
Dalam arsip Detik.com, 3 Desember 2004, Budiman bersama 52 aktivis mendeklarasikan Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) dan memilih bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Menurut Budiman, perjuangan para aktivis muda itu memiliki persamaan dengan cita-cita PDIP. Untuk itu, lanjut Budiman, mereka memilih partai yang nasionalis, pluralis dan berbasis kerakyatan.
“Meski masih banyak yang harus dibenahi dalam profesionalisme, etika moral, visi perjuangan dan program lainnya di PDIP, ini semua tantangan bagi PDIP untuk menjadi patai wong cilik,” katanya.
Selama di PDIP, Budiman menjabat anggota DPR RI selama dua periode, yakni 2009-2014 dan 2014-2019.
Sosoknya juga dikenal karena ikut menyusun Undang-Undang Desa dan mendirikan gerakan Inovator 4.0 Indonesia, serta menjadi inisiator proyek Bukit Algoritma, yang digadang-gadang menjadi Silicon Valley-nya Indonesia.
Kini, Budiman memilih merelakan partai PDIP yang membesarkan namanya, dan membelot mendukung bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang bakal menjadi rival PDIP dalam kontestasi Pilpres 2024.
Penulis: Angghi Novita