Lumajang, Tuturpedia.com – Setelah erupsi Gunung Semeru pada Rabu (19/11) sekitar pukul 14.13 WIB, jumlah pengungsi terus bertambah. Hingga Kamis pagi, tercatat 1.156 jiwa terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tujuh lokasi berbeda di wilayah Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jawa Timur, Satriyo Nurseno, menjelaskan bahwa pengungsian berlangsung cepat. Titik pengungsian dengan jumlah terbesar berada di Masjid Ar-Rahmah, Desa Oro-Oro Ombo, yang menampung sekitar 500 jiwa. Lokasi lainnya termasuk Balai Desa Oro-Oro Ombo (± 200 orang), SDN 4 Supiturang (± 100 orang), serta titik di Kecamatan Candipuro.
Pemerintah Kabupaten Lumajang langsung menetapkan status tanggap darurat bencana selama tujuh hari, mulai 19 hingga 25 November 2025. Keputusan ini dikeluarkan untuk mempercepat koordinasi evakuasi, pendataan, dan bantuan bagi warga terdampak.
Menanggapi hal ini, Pemprov Jawa Timur melalui BPBD mengirimkan paket logistik darurat. Bantuan tersebut meliputi masker respirator dan KN-95, sarung tangan, selimut, sepatu tahan api, alat komunikasi, hingga vitamin dan lauk siap saji. Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, menekankan betapa pentingnya keselamatan warga dan menyerukan agar semua warga di zona bahaya segera mengikuti instruksi evakuasi.
Meski sebagian pengungsi sudah dievakuasi, situasi di lokasi pengungsian terus dipantau. Data yang dirilis Satriyo Nurseno masih bersifat sementara, dan pihak BPBD bersama aparat desa berupaya memastikan seluruh warga terdampak terdata dengan baik.
Selain itu, laporan medis menyebutkan ada korban luka bakar akibat material vulkanik. Detik Jatim mencatat bahwa tiga warga mengalami luka bakar: sepasang suami istri luka bakar derajat 2 saat melintas di Jembatan Curah Kobokan, dan satu orang lain dirawat di puskesmas setempat.
Dengan kondisi darurat ini, warga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan petugas. Selain pengungsian, pemerintah juga mengajak masyarakat untuk tidak menyebar kabar yang belum diverifikasi agar tidak memicu kepanikan.
Foto: Istimewa













