Tuturpedia.com — Setiap tanggal 22 Oktober, gema takbir dan semangat perjuangan kembali menggema di seluruh penjuru negeri. Hari Santri Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi menjadi pengingat bahwa para santri memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Salah satu bagian paling sakral dalam peringatan tersebut adalah pembacaan Ikrar Santri Indonesia. Teks ikrar yang diucapkan serentak oleh jutaan santri di seluruh Indonesia ini menggambarkan tekad kuat untuk menjaga agama, bangsa, dan negara, sebagaimana semangat resolusi jihad yang digelorakan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 1945.
Teks Ikrar Santri Nasional 2025
Bismillahirrahmanirrahim, Asyhadu allaa Ilaaha Illallah, Wasyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Kami Santri Negara Kesatuan Republik Indonesia berikrar:
1. Sebagai Santri Negara Kesatuan Republik Indonesia, berpegang teguh pada aqidah, ajaran, nilai, dan tradisi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.
2. Sebagai Santri Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertanah air satu tanah air Indonesia, berideologi negara satu ideologi Pancasila, berkonstitusi satu Undang Undang Dasar 1945, berkebudayaan satu kebudayaan Bhineka Tunggal Ika.
3. Sebagai Santri Negara Kesatuan Republik Indonesia, selalu bersedia dan siap siaga, menyerahkan jiwa dan raga, membela tanah air dan bangsa Indonesia, mempertahankan persatuan dan kesatuan nasional serta mewujudkan perdamaian dunia.
4. Sebagai Santri Negara Kesatuan Republik Indonesia, ikut berperan aktif dalam pembangunan nasional, mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan, lahir dan batin, untuk seluruh rakyat Indonesia.
5. Sebagai Santri Negara Kesatuan Republik Indonesia, pantang menyerah, pantang putus asa serta siap berdiri di depan melawan pihak-pihak yang akan merongrong Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, serta konstitusi dasar lainnya yang bertentangan dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan dan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama
Semangat Resolusi Jihad dan Nasionalisme Santri
Penetapan Hari Santri Nasional sendiri berasal dari fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy’ari, pada 22 Oktober 1945. Fatwa itu menyerukan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah yang ingin kembali berkuasa.
Menteri Agama RI dalam berbagai kesempatan menyebut bahwa Hari Santri adalah hari pengingat perjuangan spiritual dan nasionalisme. “Santri bukan hanya penjaga moral bangsa, tetapi juga motor penggerak kemajuan negeri,” katanya.
Kini, semangat itu diteruskan oleh jutaan santri di seluruh pesantren. Dari Sabang sampai Merauke, mereka tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial, menjadikan santri bagian penting dari pembangunan Indonesia modern.
Makna Ikrar bagi Generasi Muda
Bagi generasi muda, ikrar santri menjadi simbol bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Ikrar tersebut tidak hanya dihafalkan, tetapi diamalkan dalam kehidupan sehari-hari—menjaga persaudaraan, menolak intoleransi, dan menumbuhkan rasa empati.
“Santri adalah penjaga nilai, bukan sekadar pembelajar di pesantren. Mereka membawa wajah Islam yang damai dan penuh kasih,” ujar salah satu pengasuh pesantren di Jawa Tengah.
Hari Santri 2025: Peringatan dan Aksi Nyata
Peringatan Hari Santri 2025 mengusung semangat Jihad Santri Jayakan Negeri. Serangkaian kegiatan diadakan mulai dari apel nasional, lomba keagamaan, hingga bakti sosial. Di berbagai daerah, santri tampil memimpin doa bersama untuk keselamatan bangsa.
Pemerintah daerah, Kementerian Agama, dan organisasi Islam turut mendukung pelaksanaan acara ini. Media sosial pun dipenuhi ucapan dan refleksi makna perjuangan santri masa kini.
Hari Santri bukan hanya milik pesantren, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia. Sebab, nilai-nilai santri—disiplin, ikhlas, rendah hati, dan cinta tanah air—adalah modal utama membangun negeri yang beradab dan bermartabat.















