banner 728x250

Legenda Kelam Malin Kundang: Kisah Rakyat Ikonik yang Dibalut Trauma Antar-Generasi

TUTURPEDIA - Legenda Kelam Malin Kundang: Kisah Rakyat Ikonik yang Dibalut Trauma Antar-Generasi
banner 120x600

Jakarta, Tuturpedia.com — Film terbaru garapan rumah produksi Come and See Pictures, Legenda Kelam Malin Kundang, resmi merilis trailer perdananya pada 1 Oktober 2025. Film ini akan tayang di bioskop mulai 27 November mendatang, menghadirkan reinterpretasi cerita rakyat legendaris Malin Kundang ke dalam konteks modern dengan nuansa misteri yang kelam.

Disutradarai oleh Rafki Hidayat dan Kevin Rahardjo, film ini diproduseri oleh Joko Anwar dan Tia Hasibuan. Jajaran pemainnya antara lain Rio Dewanto, Faradina Mufti, Vonny Anggraini, hingga Nova Eliza.

Trailer resmi memperlihatkan kehidupan Alif (Rio Dewanto), seorang pelukis micro painting yang hidup damai bersama keluarganya. Namun, rahasia masa lalu mulai terkuak ketika seorang perempuan tua mengaku sebagai ibunya datang. “Ada yang lebih mengerikan dari kutukan,” demikian tagline yang menegaskan nuansa kelam film ini.

Film ini mengangkat isu trauma antar-generasi (intergenerational trauma), sesuatu yang relevan bukan hanya dalam lingkup keluarga, tetapi juga bangsa. “Apakah beban generasi sebelumnya memang harus diteruskan oleh generasi penerus, atau bisa ditolak dan memulai dari kertas kosong? Itu keresahan kami ketika membuat film ini,” ujar Joko Anwar.

Rio Dewanto menambahkan, karakter Alif memberikan tantangan unik. “Saya diajak untuk menyelami luka manusia yang terjadi antar-generasi. Cerita ini terasa segar karena dibawakan dengan suara baru,” jelas Rio.

Sementara itu, Faradina Mufti, pemeran Nadine, menilai film ini akan menjadi pintu masuk bagi penonton untuk melihat sisi misterius dari legenda rakyat yang sudah akrab di telinga masyarakat.

Legenda Kelam Malin Kundang diproduksi oleh Come and See Pictures bekerja sama dengan Rapi Films dan Legacy Pictures, dengan Barunson E&A sebagai world sales agent.

Film ini diharapkan tidak hanya menghidupkan kembali cerita rakyat ikonik Indonesia, tetapi juga menjadi wadah lahirnya sineas-sineas baru yang membawa perspektif segar bagi perfilman nasional.
Kontributor: Sarah Limbeng || Editor: Permadani T.