banner 728x250

Kirim 40 Santri Terbaik ke MQK Nasional, Jateng Bidik Gelar Juara Umum untuk Ketiga Kalinya

TUTURPEDIA - Kirim 40 Santri Terbaik ke MQK Nasional, Jateng Bidik Gelar Juara Umum untuk Ketiga Kalinya
banner 120x600

Semarang, Tuturpedia.com – Semangat membara terlihat dari wajah 40 santri yang pagi itu berkumpul di pelataran Hotel Candi Indah, Semarang, Senin (29/9/2025). Mereka bukan sekadar peserta lomba, tapi para duta literasi kitab klasik yang akan mewakili Jawa Tengah di panggung nasional—Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-8 yang digelar di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, 1 hingga 7 Oktober mendatang.

Rombongan kafilah dilepas secara langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, yang memberikan pesan hangat sekaligus harapan tinggi: Jateng harus kembali meraih juara umum, seperti yang sudah diraih dua kali sebelumnya.

“MQK ini bukan hanya soal siapa yang paling fasih membaca kitab kuning, tapi juga soal bagaimana nilai-nilai pesantren itu hidup dalam diri kalian. Tunjukkan bahwa santri Jawa Tengah bukan hanya cerdas, tapi juga berakhlak mulia,” ujar Sumarno di hadapan para peserta, pendamping, dan panitia.

40 Peserta, 14 Cabang, Satu Tujuan

Kafilah Jateng tahun ini terdiri dari para santri pilihan dari tiga jenjang pendidikan—Ula (setingkat SD/MI), Wustha (SMP/MTs), dan Ulya (SMA/MA/SMK). Mereka akan bertarung di 14 cabang lomba yang menguji kemampuan memahami dan menjelaskan kandungan kitab-kitab turats, atau kitab kuning, yang telah menjadi warisan keilmuan dunia pesantren selama berabad-abad.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jateng, Saiful Mujab, menegaskan bahwa target Jateng tidak main-main: juara umum untuk ketiga kalinya.

“Santri yang kami kirim adalah hasil seleksi ketat. Mereka sudah digembleng bukan hanya secara akademik, tapi juga mental. Kita ingin kembali pulang dengan prestasi terbaik,” tegasnya.

Santri, Kitab, dan Jalan Menuju Perdamaian

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, dalam kesempatan berbeda sempat menyoroti pentingnya MQK sebagai ajang penguatan literasi pesantren, terutama dalam memahami teks-teks berbahasa Arab klasik.

“Lewat kitab turats, santri belajar memahami konteks, nilai, dan ajaran yang lebih mendalam. Termasuk dalam memaknai ayat-ayat Al-Qur’an dengan pemahaman yang inklusif dan penuh rahmat. Dari sini lahir semangat saling menghargai, merangkul, bukan memecah belah,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Taj Yasin menyebut bahwa jika Jawa Tengah kembali membawa pulang gelar juara umum, maka peluang untuk menjadi tuan rumah MQK nasional selanjutnya akan semakin terbuka.

“Kita ingin Jawa Tengah dikenal sebagai rumah besar literasi keislaman. Dan MQK ini bisa jadi gerbangnya,” tambahnya.

Bukan Sekadar Kompetisi

Lebih dari sekadar lomba, MQK adalah panggung besar untuk menunjukkan bahwa pesantren adalah pusat peradaban. Di sana santri tak hanya belajar mengaji, tapi juga mengasah logika, berpikir kritis, dan membangun karakter.

Dengan semangat itu, kafilah Jateng pun berangkat, membawa harapan, doa, dan tekad bulat—mewakili jutaan santri di provinsi ini yang sejak lama menjadikan kitab kuning sebagai teman belajar dan jalan hidup.

Kini, semua mata tertuju ke Wajo, Sulawesi Selatan. Mampukah Jawa Tengah kembali mengukir sejarah?***

Kontributor Jawa Tengah: Rizal Akbar