PATI, tuturpedia.com— Lilik Yuliantoro menjadi salah satu korban tembakan gas air mata saat aksi unjuk rasa di Alun-Alun Pati, Rabu (13/8/2025). Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah ricuh setelah massa dan aparat bentrok.
Lilik mengaku tak pernah menyangka akan menjadi korban. Niat awalnya hanya ingin menolong seorang anak kecil yang berada di dekat lokasi kejadian. Namun, saat hendak mengevakuasi anak tersebut, ia justru terkena tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat.
“Soalnya tembakan kedua ‘der’ di dekat saya itu langsung asap. Asap membumbung tinggi terus saya dikelilingi asap,” tutur Lilik saat ditemui di RSUD dr. Soewondo Pati, Kamis (14/8/2025).
Paparan gas air mata membuat Lilik terjatuh dengan posisi pipi membentur tanah. Ia sempat kehilangan kesadaran di tengah kepanikan massa.
“Iya sempat pingsan atau itu enggak tahu aku. Cuman aku posisi tiba-tiba sudah setengah sadar, terus kemudian yang terakhir sudah di rumah sakit,” ungkapnya.
Kini, kondisi Lilik berangsur membaik. Ia termasuk satu dari enam korban yang masih dirawat di RSUD dr. Soewondo. Dari total 40 korban yang sempat mendapat perawatan medis usai bentrokan, kini tersisa lima warga dan satu anggota kepolisian yang masih menjalani rawat inap.
Ricuh di Tengah Tuntutan Mundur Bupati
Kerusuhan di Pati pecah saat puluhan ribu massa dari berbagai daerah memadati Alun-Alun, menuntut Bupati Sudewo mundur dari jabatannya. Aksi ini dipicu kebijakan kenaikan pajak yang disebut-sebut mencapai 250 persen.
Suasana memanas ketika massa melempari kantor bupati dengan gelas, botol plastik, dan batu. Baliho bergambar bupati dirobek, kaca kantor pecah, dan gerbang pendapa nyaris roboh. Kericuhan semakin memuncak ketika sebuah mobil provos milik Polres Grobogan dibakar.
Aparat kepolisian kemudian menembakkan gas air mata dan menyemprotkan water cannon untuk membubarkan massa. Tindakan ini memicu puluhan korban luka, sesak napas, dan trauma. Belasan orang yang diduga sebagai provokator kerusuhan langsung diamankan.
Bupati Sudewo sendiri sempat keluar menemui massa dengan pengawalan ketat. Namun, ia menegaskan tidak akan mundur dari jabatannya.
“Saya kan dipilih rakyat secara konstitusional dan demokratis, jadi tidak bisa saya berhenti dengan cara seperti itu. Semua ada mekanisme,” tegas Sudewo.
Insiden ini menjadi sorotan publik, baik di Pati maupun nasional, karena skala kerusuhan yang besar serta banyaknya korban luka, termasuk warga seperti Lilik yang menjadi saksi langsung kerasnya bentrokan antara massa dan aparat.
Editor: Permadani T.