Semarang, Tuturpedia.com – SMP Maria Goretti Semarang menggelar festival Dugderan dalam rangka praktik penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Kamis (13/2).
Kegiatan yang penuh dengan warna dan semangat itu diikuti oleh siswa-siswi kelas 9 SMP Maria Goretti menampilkan hasil kerja keras mereka dalaam bentuk projek, mulai dari; Warak Ngendog, tarian Semarangan, hingga permainan tradisional.
Tak hanya seru, tapi kegiatan ini juga menjadi cara beru untuk melestarikan budaya lokal dengan gaya anak muda.
Sebagaimana diketahui, Kota Semarang memiliki tradisi khas yang selalu dinantikan menjelang bulan Ramadhan, yakni Festival Dugderan.
Salah satu ikon utama dalam ritual perayaan tersebut adalah hadirnya Warak Ngendog, makhluk mitologi yang merupakan lambang akulturasi budaya di Semarang.
Warak Ngendog merupakan pencampuran dari banyak hewan. Kepalanya menyerupai naga yang melambangkan budaya Tionghoa, badan campuran antara Buraq (Hewan dalam kebudayaan Arab) dan kambing yang melambangkan budaya Jawa.
Nama “Warak” sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Arab “Wara’i” yang berarti suci, sedangkan “Ngendog” dalam bahasa Jawa berarti bertelur yang merupakan manifestasi dari hasil perbuatan yang baik.
Terinspirasi dari tradisi Dugderan tersebut, siswa-siswi kelas 9 SMP Maria Goretti menggelar “Festival Warak Ngendog” yang kental akan nuansa kearifan lokal.
Mereka membuat Warak Ngendog dari barang-barang bekas seperti kardus, kertas krep, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut, ada pula penampilan tarian khas Kota Semarang, serta beberapa permainan tradisional dalam sebuah festival yang penuh semangat.
Tampak sekali dalam projek ini, siswa-siswi yang berpartisipasi terlihat sangat bersemangat dan penuh effort untuk memberikan hasil yang terbaik.
Hal ini dibuktikan dengan persiapan siswa sebelum festival dimulai. Seluruh siswa kelas 9 nampak antusias dengan berbagai persiapan beberapa hari sebelumnya.
Dalam setiap kelas, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan tanggung jawab masing-masing.
Beberapa diantaranya adalah Kelompok Warak yang bertugas membuat Warak Ngendog. Kelompok Manggar yang menyiapkan Manggar untuk festival. Serta Kelompok Tari yang melatih gerakan tarian Semarangan yang nantinya akan dipadukan dengan berbagai lagu daerah.
Latihan dilakukan secara rutin, bahkan ada yang rela datang lebih pagi atau pulang lebih sore demi menyempurnakan persiapan jelang kegiatan.
Berbagai properti seperti selendang dan blangkon juga dikumpulkan untuk memperkuat nuansa budaya dalam pertunjukan.
Lagu-lagu yang paling banyak digunakan antara lain “Semarang Rumah Kita,” “Goyang Semarangan,” dan “4 Penari-Tari Denok Semarangan (Gambang Semarang).”
Jalannya Festival
Kegiatan Festival dimulai dengan penampilan dari kelas 9A, diikuti 9C, 9D, dan terakhir 9B. Setiap kelas membawa Warak Ngendog hasil kreasi mereka dengan desain yang unik.
Tarian Semarangan yang dibawakan pun memiliki ciri khas tersendiri, ada yang memilih gerakan klasik, ada pula yang menambahkan sentuhan modern.
Tak hanya itu, festival ini juga semakin meriah dengan ditambahkannya permainan tradisional seperti “Ampar-Ampar Pisang” dan “Cublak-Cublak Suweng.” saat tampil.
Selama giliran kelas 9B, ada sesuatu yang tidak terduga dan mengejutkan penonton. Setelah menyelesaikan pertunjukan, murid dari kelas 9B mengajak salah satu guru yang sedang berulang tahun di hari itu untuk ikut ke tengah lapangan.
Mereka langsung menari mengelilingi guru tersebut sembari menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sang guru tampak sangat terharu dan bahagia. Momen ini menjadi penutup manis yang tak terlupakan bagi semua orang yang hadir.
Suksesnya festival ini membuktikan bahwa belajar tidak perlu selalu di lingkungan kelas. Dengan pengalaman nyata seperti ini, siswa dapat memahami budaya lebih dalam sekaligus menikmati prosesnya.
Penulis: Elisabeth Putri E.P. (Siswa kelas 9B SMP Maria Goretti Semarang – Anggota Ekstrakurikuler Jurnalistik)
Editor: Rizal Akbar, Pengampu: Dra. Agnes Sri Estiwulan & Rizal Akbar