Tuturpedia.com – Bukan Watchdoc namanya kalau tidak memanfaatkan momentum penting di negeri ini untuk merilis film dokumenter mereka. Sebelumnya rumah produksi independen ini merilis dokumenter viral Sexy Killers dan Dirty Vote, saat masa tenang Pemilu 2019 dan 2024.
Dirty Vote yang disutradarai Dandhy Laksono misalnya, telah ditonton sebanyak 9,6 juta kali melalui kanal YouTube Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).
Kembali bertepatan dengan jadwal penting yaitu pelantikan pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Watchdoc merilis film dokumenter terbaru berjudul Pesta Oligarki pada Sabtu, 19 Oktober 2024.
Dilansir Tuturpedia dari deskripsi video di kanal YouTube Watchdoc Documentary pada Minggu (27/10/2024), pemilihan judul merujuk dari sebutan ‘pesta demokrasi’ yang kerap dinarasikan untuk menggambarkan pemilu di Indonesia. Rupanya istilah tersebut pertama kali disampaikan Presiden Soeharto pada tahun 1981 di depan kepala daerah dari seluruh negeri untuk mempersiapkan pemilu tahun 1982.
Sayangnya, pemilu tersebut beserta seluruh pemilu di masa Orde Baru selalu dimenangkan oleh partai yang sama. Partai Golkar selalu unggul dan meloloskan Soeharto sebagai presiden meskipun pemilu-pemilu tersebut juga diikut sertai oleh partai lain. Berkaca dari sejarah tersebut, Watchdoc kemudian menyoroti berjalannya Pemilu 2024.
Salah satu yang paling dikritisi adalah sistem pencalonan yang mengharuskan seseorang memiliki dukungan dari partai dengan persentase tertentu di parlemen untuk dapat mencalonkan diri sebagai presiden. Sistem ini disebut dengan presidential threshold.
Pembatasan tersebut dianggap membuat calon pemimpin yang dapat dipilih dalam pemilu lebih mencerminkan kepentingan sekelompok orang yang disebut sebagai oligarki dibandingkan aspirasi masyarakat luas.
Para akademisi pun diundang sebagai narasumber dalam film yang disutradarai Ari Trismana ini. Ada Dosen Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, Bivitri Susanti dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Sigit Riyanto. Tidak ketinggalan seorang petani Lampung yang tengah menghadapi konflik agraria bernama Sindy Hardiyanti.
Terbuka bagi masyarakat, Pesta Oligarki yang berdurasi 53 menit lebih 46 detik dapat disaksikan secara gratis melalui kanal YouTube Watchdoc Documentary. Serangkaian acara nobar dan diskusi film pun di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Ketajaman rumah produksi Watchdoc yang berdiri sejak 2009 dalam merangkum kondisi negeri melalui dokumenter membuatnya dianugerahi penghargaan Ramon Magsaysay dari Filipina pada tahun 2021. Penghargaan bergengsi yang juga disebut sebagai Nobelnya Asia tersebut ditujukan untuk tokoh atau lembaga yang dianggap telah memberikan pelayanan tanpa pamrih bagi publik di Asia.***
Penulis: Fadillah Wiyoto
Editor: Annisaa Rahmah