banner 728x250
Ekobis  

BPS Sebut Indonesia Alami Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Kemenko Beri Tanggapan Begini 

Ilustrasi deflasi di Indonesia selama 5 bulan berturut-turut. Foto: pexels.com/pixabay
Ilustrasi deflasi di Indonesia selama 5 bulan berturut-turut. Foto: pexels.com/pixabay
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Badan Pusat Statistik atau BPS menyebut Indonesia sudah mengalami deflasi selama 5 bulan berturut-turut. 

Dikutip Tuturpedia.com, Kamis (3/10/2024), deflasi ini bermula sejak bulan Mei 2024 dan disebut oleh BPS akibat pasokan bahan pangan yang melimpah ruah. 

Adapun deflasi di bulan September 2024 tercatat mencapai -0,12 persen dibandingkan dengan bulan Agustus 2024 lalu. Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.

“Deflasi pada September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan ini merupakan deflasi kelima pada 2024 secara bulanan,” ucap Amalia.

Menurut Amalia, makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok utama penyumbang deflasi lima bulan terakhir. 

“Deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir terlihat secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak,” kata Amelia dalam konpers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2024).

Selain itu menurut dia, adanya penyesuaian harga BBM pada September 2024 juga mengalami deflasi pada September 2024. Penurunan harga bensin ini juga ikut menyumbang deflasi sebanyak 0,04 persen. 

“Terjadi penyesuaian harga BBM pada September 2024, BBM yang mengalami penurunan harga adalah bahan bakar khusus nonsubsidi. Kami mencatat komoditas bensin dan solar mengalami deflasi pada September 2024 dan tingkat deflasinya masing-masing sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen,” imbuhnya.

Terkait deflasi yang dialami Indonesia, sejumlah ekonom menyebut jika hal tersebut terjadi karena adanya pelemahan daya beli masyarakat yang menahan belanja. 

Namun BPS menjelaskan jika masih perlu studi lebih lanjut untuk menyimpulkan penyebab deflasi akibat penurunan daya beli masyarakat. 

Senada dengan BPS, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Susiwijono Moegiarso juga menerangkan jika daya beli masyarakat masih terbilang tinggi.  

Ia menjelaskan, deflasi yang terjadi bukan pada core inflation tetapi pada volatile food atau komoditas pangan. Hal ini bisa dilihat dari adanya kenaikan 1,64 persen pada core inflation. 

“Nggak ada yang perlu khawatir. Daya beli, kita bisa lihat core inflation masih naik 1,64 persen. Itu juga masih tinggi sekali,” tutur Susi di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2024).***

Penulis: Niawati

Editor: Annisaa Rahmah