Tuturpedia.com – Sejumlah daerah di Indonesia sudah mulai memasuki musim kemarau. Diketahui, musim kemarau akan berada pada puncaknya pada periode Juli-Agustus 2023 dengan zona musim mencapai 72,53%.
Seiringan dengan masuknya musim kemarau, diperkirakan Indonesia juga akan dihadang oleh Badai El-Nino di pertengahan tahun ini. Sehingga, curah hujan di Indonesia dapat dipastikan akan terus berkurang.
Lalu, kapan pastinya Badai El-Nino akan terjadi di Indonesia? Apa dampaknya bagi Indonesia?
Seperti dilansir laman BRIN dan BMKG, keduanya memiliki perbedaan prediksi yang cukup signifikan.
Prediksi Badai El-Nino Versi BMKG
Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Sabtu (5/8/23), BMKG memprediksi Badai El-Nino akan mulai menguat di Indonesia mulai bulan Agustus hingga September 2023.
Meski demikian, beberapa daerah pada bulan Agustus ini masih mengalami hujan dikarenakan adanya pergerakan awan hujan dari Samudera Hindia yang melintasi Indonesia. Namun, sebanyak 60% wilayah di Indonesia dapat dipastikan sudah memasuki musim kemarau.
Selain itu, musim kemarau dan Badai El-Nino di tahun ini diperkirakan akan memiliki sedikit persamaan dengan musim kemarau tahun 2019 lalu. Pada saat itu, musim kemarau ekstrim menjadikan beberapa daerah mengalami kekeringan dan kebakaran hutan.
Namun, dampak tersebut dapat diminimalisir jika musim kemarau kali ini memiliki persiapan lebih dini dibandingkan tahun 2019.
Prediksi Badai El-Nino Versi BRIN
Pada hari selasa (1/8/2023), BRIN mengadakan Diskusi Pakar yang membahas tentang pemahaman cuaca dan iklim di benua maritim Indonesia.
Dikutip dari laman resmi BRIN, diskusi tersebut pun turut membahas tentang pergeseran puncak Badai El-Nino yang akan terjadi pada tahun 2023 di Indonesia.
“El Nino tahun 2023 tergolong unik karena puncaknya diduga bakal terjadi akhir September/awal Oktober 2023, tidak pada bulan November/Desember seperti pada umumnya. Selain itu, durasinya pun tergolong relatif pendek (berakhir hingga awal tahun 2024)” ujar Prof Eddy Hermawan selaku Peneliti Ahli Utama PRIMA-BRIN, Selasa (1/8/2023).
Selain itu, pada diskusi tersebut pun dijelaskan, El-Nino yang terjadi tahun 2023 ini akan menuju ke arah netral dengan nilai 0-1.5.
Maka dari itu, dari berbagai kajian yang sudah dilakukan, menurut BRIN, ada kecenderungan El-Nino tahun ini tidak akan terjadi penguatan yang begitu ekstrim.
Dampak El-Nino di Indonesia
Badai El-Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML)di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Lalu, apa dampaknya bagi Indonesia?
Dikutip dari laman Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat, pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Lalu, bagaimana dengan keadaan Badai El-Nino dan musim kemarau yang terjadi bersamaan di tahun 2023 ini? Apakah dampaknya akan lebih parah?
Fenomena pertemuan musim kemarau dan Badai El-Nino sifatnya global. Maka, dampaknya pun tidak hanya terjadi di Indonesia.
Menurut BMKG, di Indonesia, dampak paling kuat yang akan dirasakan ialah berkurangnya curah hujan. Ketika musim kemarau terjadi ditambah adanya El-Nino, maka wilayah Indonesia akan terasa semakin kering.
Adapun dampak yang paling terasa dari fenomena ini yaitu bidang pertanian. Seperti diketahui, Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan mengandalkan curah hujan untuk mengairi lahan. Alhasil, dampak kekeringan ini akan berdampak pada gagal panen di beberapa wilayah.
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Al-Afgani Hidayat