banner 728x250
News  

Perjalanan Bakti, Ribuan Umat Buddha Iring-iringan dan Mengarak Kereta 2,5 Ton

Umat Buddha melakukan Perjalanan Bakti melalui Candi Mendut hingga Candi Borobudur. Foto: Humas Bimas Buddha
Umat Buddha melakukan Perjalanan Bakti melalui Candi Mendut hingga Candi Borobudur. Foto: Humas Bimas Buddha
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Ribuan umat Buddha tampak memadati jalan antara Candi Mendut hingga Candi Borobudur pada Minggu sore (14/7/2024).

Dikutip Tuturpedia.com dari laman kemenag.go.id, rombongan umat Buddha tersebut tengah melaksanakan Perjalanan Bakti yang menjadi bagian dari rangkaian Indonesia Tipitaka Chanting dan Asalha Mahapuja 2568/2024.

Acara Perjalanan Bakti ini terpusat di Taman Lumbini, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Meski cuaca cukup terik, namun tak menyurutkan semangat ribuan umat Buddha serta masyarakat sekitar untuk mengikuti giat yang menjadi bagian dari nilai ibadah kepada Sang Buddha Gautama tersebut.

Dalam rombongan ribuan umat Buddha tersebut juga hadir Bhante Sri Pannavaro Mahathera, para Bhikku, Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, serta para tokoh agama Buddha lainnya.

Hal menarik lainnya dari iring-iringan ini ialah keberadaan dua buah kereta seberat 2,5 ton yang turut diarak dalam Perjalanan Bakti.

“Di tengah ribuan umat Buddha yang sedang melaksanakan Perjalanan Bakti ini, ada dua kereta yang dibawa menuju Candi Borobudur,” tutur Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Ia pun menjelaskan perihal kereta yang terbuat dari logam tersebut. 

“Kereta ini adalah Kereta Tipitaka dan Kereta Kencana Mahadatu yang beratnya 2,5 ton. Terbuat dari logam yang dirancang oleh Nyoman Ali Mustafa, menceritakan kehidupan Budhisatwa,” jelasnya.

Bhante Sri Pannavaro Mahathera pun menjelaskan bahwa Perjalanan Bakti yang ditempuh dari Candi Mendut ke Candi Borobudur tersebut mengandung makna spiritual yang mendalam.

Meski turut mengangkat budaya lokal dan budaya Nusantara, Bhante Sri Pannavaro Mahathera menegaskan bahwa kegiatan ini murni perjalanan ibadah yang disebut Perjalanan Puja atau Perjalanan Bakti.

“Ini Perjalanan Bakti, bukan karnaval, bukan kirab, atau bahkan bukan arak-arakan,” pungkas Bhante Sri Pannavaro Mahathera.***

Penulis: Sri Sulistiyani.

Editor: Annisaa Rahmah.