Tuturpedia.com – Pelatih Roberto Martinez tegaskan bahwa ia tetap bangga dengan timnya meski Portugal takluk dari Prancis di perempat final EURO 2024, Sabtu (6/7/2024) dini hari waktu Indonesia.
Tak hanya itu, Martinez juga mengungkapkan bahwa ia tak akan menyalahkan Joao Felix yang gagal mengeksekusi bola dari titik mati saat adu penalti berlangsung.
Setelah skor kacamata bertahan hingga menit ke-120, pemenang antara Portugal vs Prancis pun harus ditentukan dari adu penalti, yang dimenangkan Les Bleus usai keberhasilan mengeksekusi kelima kesempatan yang ada.
Sementara itu, Felix yang menjadi eksekutor ketiga Portugal hanya bisa bereaksi dengan menutupi wajahnya dengan kedua tangan begitu tembakannya justru mengenai tiang gawang.
“Saya bisa bilang bahwa seluruh skuad saling mendukung satu sama lain dan hanya pemain yang tidak pernah menembak penalti yang tidak pernah meleset,” ujar Martinez saat ditemui usai pertandingan.
“Joao (Felix) punya kendali hebat dalam permainan di dalam. Ia bekerja keras untuk ada di sana dan penalti ini adalah sebuah kesialan,” lanjutnya.
Kekalahan Portugal dari Prancis pada akhir pekan kemarin juga mengakhiri karier sang kapten, Cristiano Ronaldo, di kompetisi antar negara level Eropa tersebut.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya oleh striker Al-Nassr itu, EURO 2024 ini akan jadi EURO terakhirnya.
Sejak debut bersama timnas Portugal tahun 2003 dan disusul dengan penampilan perdananya di kompetisi Eropa pada EURO 2004, total Ronaldo telah tampil sebanyak enam kali di panggung Eropa.
Pencapaian itu juga menjadi rekor tersendiri karena menjadikan striker 39 tahun tersebut sebagai pemain yang paling banyak tampil sepanjang sejarah EURO.
EURO 2024 juga jadi momen istimewa bagi bek veteran Pepe, yang menjadi pemain tertua dalam sejarah EURO. Tahun ini, ia menginjak usia 41 tahun.
Begitu kekalahan Portugal dan lolosnya Prancis ke semifinal EURO 2024 menjadi sebuah kepastian, bek Porto itu tertangkap kamera menangis sambil dipeluk oleh Ronaldo.
“Pepe adalah segala yang ia tunjukkan di turnamen ini. Tak hanya sepanjang pertandingan, namun caranya melalui sesi latihan, caranya mendukung koleganya, komitmennya,” tutur Martinez.
“Air matanya adalah air mata frustrasi. Karena ketika Anda bermain menghadapi lawan yang lebih baik, tak ada air mata. Air mata itu muncul karena sulit menerima bahwa malam ini dengan penampilan kami, kami akan mengakui kekalahan kami,” sang pelatih menambahkan.
“Pepe adalah role model dalam sepak bola Portugal dan apa yang ia lakukan malam ini dan selama turnamen akan tinggal bersama kami, dengan generasi berikutnya,” tandas Martinez.***
Penulis: K Safira.
Editor: Annisaa Rahmah.