banner 728x250

2.000 Warga Papua Nugini Diduga Masih Tertimbun Longsor! Evakuasi Sulit Dilakukan

TUTURPEDIA - 2.000 Warga Papua Nugini Diduga Masih Tertimbun Longsor! Evakuasi Sulit Dilakukan
Lebih dari 2000 orang terkubur akibat tertimbun tanah longsor di Papua Nugini. Foto: X.com/DambaanA
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Pemerintah Papua Nugini mengabarkan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa lebih dari 2.000 orang dikhawatirkan terkubur, dalam bencana tanah longsor yang melanda desa-desa di kawasan pegunungan Papua, pada Jumat (24/5/2024).

Laporan lain dari badan terpisah PBB menyebutkan, kemungkinan jumlah korban tewas lebih dari 670 orang.

Hal tersebut mencerminkan lokasi yang terpencil dan sulitnya mendapatkan perkiraan populasi yang akurat. Sensus terakhir yang dilakukan pemerintah Papua Nugini dilakukan pada 2000, dan banyak orang tinggal di desa-desa pegunungan terpencil di negara kepulauan Pasifik tersebut.

Bencana longsor melanda enam desa di distrik Maip-Mulitaka di utara negara itu, pada Jumat sekitar pukul 3 pagi. Saat longsor, sebagian besar masyarakat sedang terlelap tidur.

Lebih dari 150 rumah terkubur di bawah puing-puing setinggi hampir dua lantai. Tim penyelamat mengatakan kepada media lokal bahwa mereka mendengar jeritan dari bawah tanah.

“Ada 18 anggota keluarga saya yang terkubur di bawah puing-puing dan tanah tempat saya berdiri, dan masih banyak lagi anggota keluarga di desa yang tidak dapat saya hitung. Tetapi saya tidak dapat mengambil mayatnya jadi saya berdiri di sini tanpa daya,” kata salah satu warga, bernama Evit Kambu, dilansir Reuters, Senin (27/5/2024).

Penyebab Evakuasi Sulit Dilakukan

Sejauh ini baru tujuh jenazah yang ditemukan pasca bencana longsor di Papua Nugini. Proses evakuasi berjalan lambat karena medan yang berbahaya dan minimnya akses transportasi.

Ekskavator pertama baru mencapai lokasi tersebut pada Minggu malam, menurut seorang pejabat PBB.

Bahkan, kecil kemungkinan menemukan korban selamat untuk saat ini. Lantaran keterbatasan akses jalan, bantuan bagi para korban juga terlambat datang.

Lebih dari 72 jam setelah longsor terjadi, warga masih menggunakan sekop, tongkat, dan tangan kosong untuk memindahkan puing-puing dan menjangkau korban yang masih selamat. 

Selain sulitnya akses, konflik antar suku juga membuat para pekerja bantuan terhambat tiba. Untuk melakukan perjalanan, biasanya mereka dikawal oleh tentara dan akan kembali ke ibu kota provinsi, sekitar 60 km (37 mil) jauhnya, pada malam hari.

8 orang tewas dan 30 rumah terbakar pada Sabtu, kata seorang pejabat badan PBB. Konvoi bantuan pada hari Senin melewati sisa-sisa rumah yang masih berasap.

Menurut Matthew Hewitt Tapus, seorang pendeta dari Ibu Kota Port Moresby, banyak orang yang tidak yakin apakah kerabat mereka tertimbun longsor karena penduduk desa sering berpindah-pindah dari rumah teman dan kerabat mereka.

“Tidak semua orang berada di rumah yang sama pada waktu yang sama, jadi ada ayah yang tidak tahu di mana anak-anak mereka, ibu yang tidak tahu di mana suami berada, ini kacau,” katanya.***

Penulis: Angghi Novita

Editor: Nurul Huda