Tuturpedia.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa investigasi fenomena kegempaan ke zona megathrust akan segera dilaksanakan dalam rangka penelitian dan pendataan yang dilakukan oleh BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Adapun beberapa zona megathrust yang akan diteliti adalah Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, Lempeng Laut Maluku, hingga Subduksi Utara Papua.
BMKG mengatakan jika eksplorasi penelitian tersebut sangat perlu dilakukan karena terjadinya perubahan sirkulasi udara dan lautan secara alami dan terkadang berkala, letusan gunung berapi, dan faktor lainnya mempengaruhi variabilitas iklim di Indonesia.
Nantinya, rangkaian ekspedisi akan dimulai di Batam, Kepulauan Riau dengan melewati beberapa kota di Indonesia hingga berakhir di Bitung, Sulawesi Utara pada Minggu, 25 Agustus 2024.
Selain itu, penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan kapal ekspedisi OceanXplorer milik OceanX. Kedua kapal ekspedisi ini berasal dari organisasi non-profit global bergerak dalam bidang eksplorasi laut, yang bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) untuk meneliti laut Indonesia.
Mengenal kegempaan di Zona Megathrust
BMKG melaporkan aktivitas megathrust batuan lempeng laut telah menimbulkan gempa tektonik di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya yang pernah terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh pada 16 Februari 2024 lalu.
Aktivitas megathrust disebabkan penumpukan tekanan di sepanjang batas lempeng laut dan kemudian ketika tekanan ini dilepaskan, lempeng-lempeng tersebut tiba-tiba bergerak sehingga menyebabkan gempa bumi.
Dikutip dari laman BPBD DIY Yogyakarta, Minggu (19/5/24) Zona Megathrust sebenarnya adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.
Singkatnya, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
Jika terjadi gempa, bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting).
Zona megathrust di Indonesia sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia.
Zona megathrust ini terletak di zona subduksi aktif, seperti: (1) Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, (2) Subduksi Banda, (3) Subduksi Lempeng Laut Maluku, (4) Subduksi Sulawesi, (5) Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan (6) subduksi Utara Papua.
Seluruh aktivitas gempa yang berasal dari zona megathrust sebenarnya tidak selalu berkekuatan besar. Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru gempa di zona ini menunjukkan intensitas gempa kecil, meskipun zona megathrust dapat juga memicu gempa besar.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda