banner 728x250
News  

BMKG Sebut Gempa Tuban yang Terjadi hingga 58 Kali Tak Lazim, Ini Alasannya

Ilustrasi gempa bumi yang terjadi di Tuban. Foto: pixabay.com/angelo_giordano
Ilustrasi gempa bumi yang terjadi di Tuban. Foto: pixabay.com/angelo_giordano
banner 120x600

Tuturpedia.com – Gempa Tuban terjadi hingga 58 kali, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebut gempa ini tak lazim, berikut alasannya. 

Dikutip Tuturpedia.com, Sabtu (23/3/2024), Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut gempa yang terjadi di Tuban disebabkan oleh sesar aktif di Pulau Jawa. 

“Berdasarkan lokasi episenter kedalaman hiposentrumnya, serta mekanisme sumbernya, patahan yang terbentuk yaitu sesar geser, itu menunjukkan bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif atau patahan aktif ya,” ungkap Daryono. 

Ia menyebut gempa ini sebagai gempa kerak dangkal yang dipicu oleh sesar aktif di mana episentrumnya berada di zona sesar tua yang bernama sesar Meratus. 

“Kita menyebut gempa Bawean ini sebagai gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake, yang dipicu oleh sesar aktif. Sehingga kalau kita melihat peta tatanan tektonik yang ada di wilayah tersebut, episenter ini berada di zona sesar tua yang namanya sesar Meratus,” jelasnya. 

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG ini mengaku kaget ada gempa berkekuatan 5,9 dan 6,5 di wilayah tersebut. Oleh sebab itu, dirinya menyebut jika gempa ini tidak lazim karena berada di wilayah los seismicity namun berdampak merusak. 

“Kemarin itu cukup kaget, cukup takjub juga bahwa ada gempa berkekuatan 5,9 dan 6,5 di situ, ya, ini sebenarnya tanda kutip tidak lazim,” kata Daryono. 

Sementara itu, menurut Pakar Geologi dari ITS Surabaya, Amien Widodo menyebutkan gempa berkekuatan 6,5 magnitudo yang mengguncang perairan Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024) merupakan fenomena yang jarang terjadi. 

Amien menyebut jika gempa ini dipicu sesar aktif yang berada di Laut Jawa dengan kedalaman yang berada di 10 kilometer sehingga guncangannya meluas. 

“Pemicunya sesar aktif, ke dalamnya sangat dangkal, peristiwa yang jarang terjadi. Yang sering gempa dengan kedalaman sekitar 300 kilometer,” ujar Amien.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa intensitas yang makin kuat dapat menyebabkan dampak yang makin berbahaya. 

“Semakin kuat skala intensitasnya, dampak yang dirasakan akan semakin berbahaya,” lanjutnya

Ia juga menuturkan gempa ini terjadi secara horizontal sehingga tidak berpotensi tsunami, namun gempa susulan bisa terjadi dalam frekuensi yang cukup banyak dan berhari-hari. 

“Pergeseran permukaan pada gempa Tuban terjadi secara horizontal sehingga tidak berpotensi tsunami. Tapi gempa susulan itu bisa banyak sekali, bisa berhari-hari,” jelasnya.

Sementara itu, untuk mitigasi, Amien mengatakan perlu dilakukan monitoring guna mengetahui apakah ada tekanan yang masih aktif atau tidak. 

“Untuk mitigasinya, gempa tersebut perlu dimonitor guna mengetahui apakah ada tekanan yang masih aktif atau tidak,” pungkasnya.***

Penulis: Niawati.

Editor: Annisaa Rahmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses