Tuturpedia.com – Ratusan benda bersejarah milik Indonesia, termasuk Keris Puputan Klungkung dari Kerajaan Klungkung, Bali, akhirnya dikembalikan oleh Pemetintah Belanda.
Mengutip dari rilis Kemendikbudristek, Selasa (11/7/2023), sebanyak 472 benda bersejarah milik Indonesia yang diserahkan Belanda.
Salah satunya adalah sebuah Keris Puputan Klungkung dari Kerajaan Klungkung, Bali.
Penyerahan ratusan benda bersejarah milik Indonesia, itu berlangsung di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, pada Senin (10/7/2023).
Yuk, mengenal sejarah dari Keris Puputan Klungkung, yang dirampas Belanda pada masa Kolonial, yang kini telah dikembalikan ke Indonesia, bersama ratusan benda bersejatah lainnya.
Sejarah Awal
Puputan Klungkung adalah peristiwa pertempuran yang terjadi pada 1908.
Pertempuran ini disulut oleh kemarahan Raja Klungkung, Dewa Agung Jambe II atas patroli keamanan yang dilakukan Belanda di wilayah Klungkung.
Apa yang dilakukan Belanda saat itu, dianggap melanggar kedaulatan kerajaan.
Pada April 1908, terjadi kerusuhan di Desa Gelgel. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena patrol keamanan Belanda.
Kerusuhan ini mengakibatkan 10 serdadu Belanda termasuk pimpinan mereka. Letnan Haremaker, tewas.
Mendengar hal tersebut, pihak Belanda menuduh Raja Klungkung sebagai dalang kerusuhan dan sedang merencanakan pemberontakan.
Mereka lantas mengirim ultimatum kepada Raja untuk menyerahkan diri sampai akhir April 1908.
Ultimatum itu tentunya ditolak oleh Raja dan mengakibatkan pihak Belanda merencanakan pertempuran untuk menangkap paksa Raja Dewa Agung Jambe II.
Pecahnya Puputan Klungkung
Tanggal 20 April 1908, Pemerintah kolonial Belanda melakukan penyerangan menuju Istana Samarapura.
Ribuan pasukan Belanda yang terdiri dari pasukan patrol bersenjata lengkap ditambah pasukan tambahan dari Batavia berhadapan dengan Pasukan Klungkung yang bersenjata keris dan tombak.
Perang dahsyatpun tak terhindarkan. Desingan peluru dan meriam bersahutan.
Dalam buku Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialsime di Daerah Bali, karya Made Sutaba, disebutkan bahwa pertempuran ini berlangsung selama enam hari lamanya.
Beberapa pembesar Kerajaan Klungkung seperti Tjokorda Gelgel, Dewa Agung Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan Gugur dalam peristiwa tersebut.
Hal ini menyulut kemarahan Raja Dewa Agung Jambe II, ia dan 3000 orang pengikut setianya akhirnya turun dan menyerukan perang puputan.
Sayang, Raja juga turut tewas dalam peristiwa tersebut.
Disebutkan, Istana Samarapura kemudian diduduki oleh pihak Belanda, beberapa harta dan perhiasan kerajaan dijarah.
Termasuk, keris milik Raja Dewa Agung Jambe II yang diambil langsung dari tangannya sesaat setelah ia tewas dalam perang Puputan.
Setelah era kolonial, barang-barang hasil rampasan dari Puputan Klungkung dan Istana Samarapura, kemudian dibagi dan dipamerkan di museum Belanda.
Dua diantaranya adalah Museum Leiden dan Museum Troopen.
Baru pada Senin (10/7/2023) barang-barang ini dikembalikan oleh pihak Belanda kepada Indonesia.
Penyerahan diwakili Sekretaris Negara untuk Urusan Kebudayaan dan Media Belanda, Gunay Uslu.
Diterima perwakilan Pemerinah Indonesia, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.***
Penulis: Rizal Akbar
Editor: M. Rain Daling















