Jateng, Tuturpedia.com – Salah satu solusi gagal panen padi di wilayah Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menurut para ahli ialah karena kurangnya bahan organik pada lahan pertanian.
Penjelasan itu disampaikan langsung oleh Dinas Pangan Pertanian Peternakan Perikanan, Kabupaten Blora, melalui rilis akun resminya di media sosial Instagram akun @dp4.blora.
Dikuti Tuturpedia dari akun Instagram @dp4.blora pada Selasa (5/3/2024), dijelaskan selain itu bahwasanya lahan pertanian terlalu banyak pupuk kimia.
“Di samping itu, alokasi pupuk bersubsidi juga semakin sedikit yang mampu disediakan oleh pemerintah pusat. Untuk itu salah satu terobosan inovasi yang dilakukan adalah dengan melakukan budi daya padi secara organik,” tulis akun Instagram @dp4.blora.
Bahkan, dalam rilis tersebut juga menyampaikan bahwasanya petani di Kecamatan Kedungtuban, terkenal sebagai petani yang pandai dan berani.
“Di pusatnya lumbung pangan yang menggunakan pupuk kimia, banyak petani yang dengan berani mencoba melakukan budi daya pertanian organik. Dan pertanian organik di Kecamatan Kedungtuban berkembang seluas lebih dari 15 hektare yang telah memperoleh sertifikat beras organik,” lanjut keterangan tersebut.
“Pertanian organik ini merupakan tantangan bagi petani Kedungtuban, peluang bisa meningkatkan penghasilan, namun juga berisiko tinggi. Selain perlu petani yang rajin dan telaten, pertanian organik juga berisiko pada produksi berasnya yang bisa jadi hasil panennya tidak setinggi pertanian kimia,” imbuhnya.
Tentunya apa yang ditulis oleh DP4 Blora melalui Instagram resminya bukan tanpa alasan, karena ternyata pertanian organik di Kedungtuban berhasil luar biasa.
“Pertanian organik semakin berkembang di Kecamatan Kedungtuban. Dan di Sidorejo saat ini cepat sekali berkembangnya karena didukung dan dicontohi oleh Pak Kades sendiri yakni Agung Heri Susanto, dengan memberi contoh melakukan sendiri di lahannya,” bebernya.
“Dan di Bajo, panen beras organik dengan produktivitas 8,4 ton per hektare, di konversi menjadi 4,2 ton beras dengan harga Rp17.000, per kilo maka diperoleh penghasilan Rp71 juta per hektare,” sebutnya.
Maka dari itu, untuk mendukung pengembangan pertanian organik. Semua pihak termasuk PT. Pertamina, PT. Waskita, banyak perguruan tinggi, termasuk swasta yang menaruh perhatian di dunia pertanian organik.
“Hari ini (4/3/2024) panen padi organik yang dibina didampingi PT Agritech. Hasil panennya bagus. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada PT Agritech, semoga bisa dikembangkan di Desa Sidorejo, di Kecamatan Kedungtuban, maupun di Kabupaten Blora,” tandasnya.***
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro.
Editor: Annisaa Rahmah.