banner 728x250

CEO Jajanan ‘Tanghulu’ Dipanggil DPR Korea Selatan Karena Sebabkan Remaja Konsumsi Gula Berlebih!

Remaja Korea Selatan sedang digilai tren makanan manis tanghulu, yang berujung konsumsi gula berlebih. FOTO: Tangkapan layar Youtube Simple and Delish by Canan
Remaja Korea Selatan sedang digilai tren makanan manis tanghulu, yang berujung konsumsi gula berlebih. FOTO: Tangkapan layar Youtube Simple and Delish by Canan
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Kegilaan baru terhadap suatu makanan kembali terjadi di Korea Selatan.

Setelah ramai dengan dalgona, negeri ginseng diramaikan dengan kegilaan remaja yang mengonsumsi makanan manis yang disebut ‘Tanghulu.’

Jajanan kaki lima tradisional dari Tiongkok ini dikenal dengan manisan buah yang bercita rasa manis dan asam.

Makanan ini makin terkenal ketika remaja Korea Selatan membagikan keseruan mereka menggigit lapisan gula ‘Tanghulu’ di media sosial.

Seiring dengan kepopulerannya, toko-toko yang menjual ‘Tanghulu’ bermunculan di seluruh negeri.

Tidak hanya itu, bahkan cafe yang menjual kopi pun berusaha untuk mengombinasikan ‘Tanghulu’ ke dalam menu minumannya untuk menggaet pembeli. 

Manisan buah ini biasanya disajikan dengan berbagai buah, seperti stroberi, jeruk, nanas, anggur, melon, hingga makanan manis lainnya.

Buah dan makanan tersebut ditusuk menggunakan batang kayu dan dilapisi dengan cairan gula yang kemudian mengeras terkena suhu ruang. 

Dilansir Tuturpedia.com dari Pulse News, Kamis (28/9/23) sebuah toko yang menjual ‘Tanghulu’ terbesar, yaitu Sweet Royal Tanghulu mengalami pertumbuhan yang mengejutkan dari sekitar 50 toko franchise miliknya.

Pada Februari 2023 saja, toko ini mampu menembus 300 franchise dan disebut sebagai peningkatan yang paling tinggi selama 6 bulan ke belakang. 

Meningkatnya angka franchise ‘Tanghulu’ ini juga dibarengi dengan meningkatnya pembelian makanan tersebut.

Terlebih lagi, di musim panas 2023 ini Korea Selatan juga mengalami suhu panas yang cukup ekstrim. Tanghulu versi dingin menjadi incaran para remaja di sana. 

Kabarnya ‘Tanghulu’ ini mampu menggaet remaja muda dan tua rentang umur 20 hingga 40 tahunan. 

Tanghulu Menuai Kontroversi

Namun sayangnya kepopuleran makanan ‘Tanghulu’ ini tidak selamanya mendapatkan respons positif.

Seperti yang dikabarkan oleh Naver, beberapa kedai makanan dan restoran di Korea Selatan menempelkan logo anti ‘Tanghulu’ di tempatnya. 

Bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan makanan ‘Tanghulu’ dapat menimbulkan remehan gula ketika digigit.

Bahannya yang terbuat dari gula tentu akan menimbulkan serangga-serangga muncul di tempat makan mereka. 

Bukan cuma itu, mengonsumsi terlalu banyak ‘Tanghulu’ juga bisa menyebabkan konsumsi gula berlebih.

Dampak inilah yang dikhawatirkan para pemerintah di Korea Selatan akhir-akhir ini. 

Sebab itu, tersiar kabar jika CEO perusahaan ‘Tanghulu’ dijadwalkan akan dipanggil untuk melalui proses audit oleh Majelis Nasional di Korea Selatan. 

CEO Tanghulu Dipanggil Pemerintah

Audit yang dilakukan Majelis Nasional Korea Selatan terhadap CEO ‘Tanghulu’ meminta kehadiran 15 saksi dan 33 saksi lainnya pada 11 Oktober 2023.

Di antara 48 saksi yang akan hadir, ada pemilik waralaba ‘Wangga Tanghulu’ yang akan ditanyai mengenai masalah konsumsi gula berlebih di kalangan remaja. 

Dikutip dari Naver, seorang profesor kedokteran dari Rumah Sakit Cha, di Bundang menyatakan jika gula atau sirup pati yang digunakan untuk ‘Tanghulu’ menjadi masalah yang serius untuk remaja.

Asupan gula sederhana serta fruktosa yang terlalu tinggi akan berdampak fatal untuk tubuh. 

Profesor tersebut juga mengatakan jika asupan gula harian yang direkomendasikan remaja adalah 50 gram saja.

Namun, di Tanghulu ia menemukan sekitar 25 gram gula di setiap satu tusukan ‘Tanghulu’. 

Para ahli kesehatan juga mengkhawatirkan tren ini akan meningkatkan risiko diabetes pada remaja.

Asupan gula yang terlalu banyak oleh remaja akan mengakibatkan insulin berlebih dan dikeluarkan untuk menurunkan kadar gula darah.

Jika insulin dikeluarkan secara berlebihan, resistensi (insulin yang tidak bekerja) akan berkembang. 

Kekhawatiran inilah yang menjadi dasar pemanggilan CEO ‘Tanghulu’ di Korea Selatan.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses