banner 728x250

62 Tahun Diperkirakan Punah, Mamalia Bermoncong Muncul di Pegunungan Cycloop, Papua!

Mamalia Echidna bermoncong kembali muncul di pegunungan Papua. Foto:
Mamalia Echidna bermoncong kembali muncul di pegunungan Papua. Foto: X.com/TMIHARINI
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Lebih dari enam puluh tahun tidak terlihat di dunia, tim ilmuwan telah menemukan kembali mamalia ikonik bertelur di salah satu wilayah yang belum dijelajahi di dunia. 

Echidna berparuh panjang Attenborough atau Zaglossus Attenboroughi, dinamai menurut nama penyiar terkenal Sir David Attenborough. 

Hewan mamalia tersebut tertangkap untuk pertama kalinya dalam foto dan rekaman video menggunakan kamera jejak jarak jauh yang dipasang di Pegunungan Cyclops, Provinsi Papua, Indonesia.

Dikutip dari laman University Oxford, Minggu (12/11/23), penemuan ini diketahui terjadi berkat adanya kemitraan dari Universitas Oxford dan LSM Indonesia Yayasan Pelayanan Papua Nenda (YAPPENDA), Universitas Cenderawasih (UNCEN), BBKSDA Papua, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sebelumnya hubungan kerjasama tersebut juga sempat membuat banyak penemuan luar biasa lainnya, yaitu penemuan hewan pemakan madu Mayr (seekor burung yang hilang dari ilmu pengetahuan sejak tahun 2008), genus udang penghuni pohon yang benar-benar baru, spesies serangga baru yang tak terhitung jumlahnya, dan sistem gua yang sebelumnya tidak diketahui.

Hingga akhirnya mamalia spesies echidna berparuh panjang berhasil ditemukan juga pada 2023.

Echidna berparuh panjang di Attenborough adalah monotremata atau kelompok mamalia bertelur yang berbeda secara evolusi, bisa dibilang binatang ini juga termasuk platipus.

Spesies echidna ini begitu istimewa karena merupakan satu dari hanya lima spesies monotremata yang tersisa. 

Dikutip dari laman The Guardians, monotremata telah menyimpang dari nenek moyang mamalia lain sekitar 200 juta tahun yang lalu.

Spesies hewan ini bertelur dan menyusui anaknya dengan susu melalui pori-pori kulitnya, karena mereka tidak memiliki puting susu, dan memiliki moncong yang dapat mendeteksi gerakan dan arus listrik mangsanya.

Alasan mengapa Echidna terkenal sulit ditemukan karena aktif di malam hari, hidup di liang, dan cenderung sangat pemalu. 

Echidna berparuh panjang Attenborough belum pernah ditemukan dan tercatat di mana pun di luar Pegunungan Cyclops.

Saat ini diklasifikasikan sebagai hewan yang ‘Sangat Terancam Punah dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN’.

Perjuangan Tim Ilmuwan Menemukan Spesies Punah di Papua

Dikutip dari laman The New York Times, ada hal yang membuat penelusuran tim Ilmuwan terasa berat. Hujan yang hampir terus-menerus dan medan yang curam membuat Pegunungan Cyclops sulit untuk dijelajahi.

Begitu juga dengan ular berbisa dan lintah yang hidup di pohon. Bahkan, ada anggota tim yang mengalami patah tulang saat menuruni gunung.

Para peneliti menempatkan 80 kamera jebakan di berbagai ketinggian pada Juni dan Juli, dan akhirnya mengumpulkan 14 foto dan empat video echidna.

Kemudian, pada hari terakhir ekspedisi mereka menyadari bahwa mereka telah melihat echidna. Hasilnya diunggah ke website bioRxiv sebelum diserahkan ke jurnal untuk peer review.

“Ada rasa euforia yang luar biasa, dan juga rasa lega setelah sekian lama berada di lapangan tanpa imbalan apapun hingga hari terakhir,” katanya, menggambarkan momen pertama kali ia melihat rekaman tersebut bersama kolaborator dari kelompok konservasi Indonesia Yappenda.

Selama penelusuran Tim ilmuwan diketahui telah selamat dari gempa bumi, malaria, dan bahkan lintah yang menempel di bola mata. 

Mereka bekerja sama dengan desa setempat Yongsu Sapari untuk menavigasi dan menjelajahi daerah terpencil di timur laut Papua.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses