Blora, Tuturpedia.com — Ratusan petani tebu di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, saat ini tengah dilanda kepanikan hebat. Penutupan mendadak PT Gendhis Multi Manis (GMM) di Todanan membuat sekitar 500 hektare lahan tebu terancam tidak bisa digiling. Kondisi ini kian genting mengingat musim panen berpacu dengan datangnya musim hujan yang membuat akses ke ladang semakin sulit.
Merespons kondisi “lampu merah” ini, jajaran eksekutif dan legislatif Blora bergerak cepat, bahkan “menjemput bola” hingga ke luar daerah.
Wabup Blora Beri Jaminan, Ancam Lapor Jika Ditolak
Wakil Bupati Blora, Sri Setyorini, memastikan bahwa hasil panen petani Blora akan diselamatkan. Ia bahkan turun tangan langsung berkoordinasi dengan Pabrik Gula (PG) Trangkil di Pati yang lokasinya berdekatan.
“PG Trangkil sudah kita koordinasikan. Kalau tidak diterima bilang tebu dari Kab. Blora. Ditolak segera laporkan ke kantor DPRD atau langsung ke saya ya,” tegas Wabup melalui koordinasi pesan yang diterima media, melalui grup WhatsApp @sudutblora, pada Selasa, (21/10/2025).
Kepastian ini datang setelah koordinasi tiga hari sebelumnya. “Kesimpulan tebu dari Blora siap diterima,” tambahnya, memberikan sedikit napas lega bagi petani yang sempat khawatir PG Trangkil juga akan berhenti operasi.
DPRD Blora Kejar Solusi Jangka Pendek dan Panjang
Di sisi lain, Ketua DPRD Blora, Mustopa, segera memimpin audiensi dengan perwakilan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) pada Senin, (20/10) kemarin.
“Petani tebu benar-benar pusing. Pabrik GMM tutup, sekitar 500 hektare lahan belum bisa ditebang, padahal musim hujan sudah mulai. Ini harus segera kita carikan jalan keluar,” ujar Mustopa.
Dua Arah Solusi Cepat:
1. Perpanjangan Masa Giling PG Trangkil: Mustopa fokus mengupayakan perpanjangan masa giling di PG Trangkil Pati.
“Kalau masa giling bisa diperpanjang, petani Blora bisa sedikit lega. Setidaknya hasil panen 500 hektare yang belum tertebang bisa terselamatkan,” harapnya.
2. Jajaki Bulog: DPRD juga telah menjajaki kerja sama penyerapan tebu dengan Direktur Perum Bulog, meski kepastian skema baru akan dibahas internal Bulog untuk perbaikan sistem di tahun 2026.
Musim Hujan Tiba, Petani Minta Alat Berat
Tak hanya soal pasar, petani juga menghadapi masalah teknis. Mustopa menyampaikan bahwa akses jalan menuju lahan yang berlumpur akibat hujan membutuhkan bantuan mendesak.
“Petani meminta agar tiap lokasi disiapkan alat berat atau bego untuk membantu akses truk pengangkut tebu, supaya panen bisa tetap berjalan meski kondisi medan becek,” tutur Mustopa, menekankan perlunya dukungan logistik di lapangan.
Sebagai langkah pamungkas, DPRD Blora bahkan siap memfasilitasi pertemuan langsung antara petani tebu dengan Menteri atau Wakil Menteri terkait, memastikan keluhan petani tersampaikan langsung ke pemerintah pusat.
Langkah cepat lintas sektor ini diharapkan mampu menyelamatkan ratusan hektare hasil panen tebu Blora agar tidak membusuk dan terbuang sia-sia, sekaligus meredam pukulan telak penutupan pabrik GMM terhadap ekonomi lokal.
