banner 728x250
Movie  

5 Fakta Menarik Seputar Museum Kretek yang Jadi Lokasi Syuting ‘Gadis Kretek’

Fakta tentang Museum Kretek Kudus yang jadi lokasi syuting Gadis Kretek. Foto: Tripadvisor
Fakta tentang Museum Kretek Kudus yang jadi lokasi syuting Gadis Kretek. Foto: Tripadvisor
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Serial ‘Gadis Kretek‘ telah menjadi pembicaraan utama di kalangan masyarakat Indonesia. 

Serial original buatan Netflix ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Ratih Kumala. 

Salah satu poin menarik yang menjadi sorotan adalah pemilihan Museum Kretek Kudus sebagai salah satu lokasi syuting utama dalam serial ini. 

Bahkan, Museum Kretek Kudus mengalami penutupan sementara selama beberapa hari guna mendukung proses syuting, menciptakan kehebohan yang tak terhindarkan di kalangan penikmat hiburan.

Kepala UPT Museum Kretek, Yusron, menjelaskan bahwa pemilihan lokasi syuting di Museum Kretek Kudus bukan hanya sekadar keputusan produksi semata, tetapi juga menjadi sebuah ajang promosi wisata Kudus, terutama untuk memperkenalkan Museum Kretek. 

Dengan begitu, Museum Kretek Kudus tidak hanya menjadi latar belakang visual dalam serial, tetapi juga berperan dalam mempromosikan destinasi wisata lokal.

Serial ‘Gadis Kretek’ mengisahkan sebuah kisah cinta yang berlatar belakang industri kretek pada era 1960-an. 

Cerita ini diangkat dengan begitu apik dan memikat, dan melibatkan sejumlah aktor dan aktris kenamaan Indonesia, seperti Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Putri Marino, Arya Saloka, dan banyak lagi. 

Keberhasilan serial ini telah membawa banyak perhatian dan apresiasi dari penonton.

Tidak hanya itu, Museum Kretek Kudus memiliki sejumlah fakta yang menarik dan patut diketahui oleh masyarakat. 

Museum ini terletak di Jalan Getas Pejaten Nomor 155, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. 

Satu-Satunya Museum Rokok di Indonesia

Salah satu hal yang paling mencolok adalah fakta bahwa Museum Kretek ini adalah satu-satunya museum rokok di seluruh Indonesia. 

Keberadaan museum ini di Kudus, yang juga dikenal sebagai Kota Kretek, bukanlah kebetulan. 

Kudus, yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah, dikenal sebagai Kota Santri dan Kota Jenang. 

Museum Kretek Kudus didirikan untuk memperlihatkan bahwa kretek memiliki peran penting dalam perkembangan wilayah ini, khususnya di Kota Kudus.

Ada 1.195 Koleksi Kretek

Museum Kretek Kudus juga memiliki koleksi yang sangat mengesankan, mencapai jumlah sekitar 1.195 item yang terkait dengan sejarah kretek di daerah ini. 

Ini termasuk dokumentasi tentang perjalanan Nitisemito, yang dikenal sebagai Raja Kretek Kudus dan pendiri Pabrik Rokok Bal Tiga. 

Selain itu, pengunjung dapat menemukan bahan dan peralatan tradisional untuk pembuatan rokok kretek, foto-foto pendiri pabrik kretek, alat promosi rokok kretek dari masa lalu hingga saat ini, serta diorama yang menjelaskan proses pembuatan rokok kretek. 

Dengan menjelajahi koleksi yang ada di Museum Kretek Kudus, pengunjung akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang perkembangan rokok kretek di Indonesia.

Didirikan pada 1986

Museum Kretek Kudus secara resmi diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1986 oleh Soepardjo Rustam dengan lahan seluas 2,5 hektar.

Saat berkunjung ke daerah Kudus, Soepardjo Rustam menyadari potensi besar dari perusahaan kretek dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. 

Oleh karena itu, gagasan untuk mendirikan Museum Kretek muncul, sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa kretek adalah ciri khas Kudus dan sebagai sarana untuk mendukung perekonomian daerah tersebut.

Ada Miniatur Cagar Budaya

Museum Kretek Kudus juga menampilkan sejumlah miniatur bangunan cagar budaya yang menarik. 

Salah satunya adalah miniatur Oemah Kembar Nitisemito, yang menjadi simbol kejayaan Sang Raja Kretek Nitisemito. 

Selain itu, terdapat miniatur Masjid Wali Loram Kulon yang memiliki gapura ikonik dan miniatur rumah adat Kudus, Joglo Pencu, yang mencerminkan perpaduan gaya arsitektur Jawa, Hindu, Persia, Cina, dan Belanda.

Asal Nama ‘Kretek’

Asal nama ‘Kretek’ melibatkan seorang tokoh legendaris di Kudus, Haji Djamhari, yang pada suatu waktu menderita sesak napas. 

Haji Djamhari kemudian mencoba mengoleskan minyak cengkeh ke dada dan tubuhnya, yang secara ajaib membantu meredakan sesak napasnya. 

Ia kemudian melakukan eksperimen dengan menghaluskan cengkeh, mencampurnya dengan tembakau, menggulungnya dengan kulit jagung kering, mengikatnya dengan benang, membakarnya, dan menghisapnya. 

Saat proses pembakaran, gulungan cengkeh dan tembakau menghasilkan suara yang khas dan unik yang dikenal sebagai “kretek.” 

Dengan semua fakta menarik ini, membuktikan betapa berharga dan beragamnya warisan budaya yang tersimpan di berbagai sudut Indonesia, yang dapat dinikmati oleh semua orang, baik melalui layar kaca maupun kunjungan langsung ke tempat-tempat bersejarah seperti Museum Kretek Kudus.***

Penulis: Muhamad Rifki

Editor: Nurul Huda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses