Tuturpedia.com – Sebelum gencatan senjata sementara dalam perang tujuh minggu diberlakukan pada Jumat (24/11/23), beberapa rumah sakit di Jalur Gaza utara telah menjadi sasaran serangan Israel.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan kepada AFP bahwa tentara Israel telah memblokir akses ke unit perawatan intensif di fasilitas anak Al-Nasr, dan para dokter akhirnya bisa masuk ke bangsal pada Selasa malam.
Dikutip dari laman Hindustan Times, Kamis (30/11/23) Qudra mengatakan bahwa pasukan pendudukan (Israel) meninggalkan lima bayi prematur yang ditemukan sebagian membusuk.
Mayat lima bayi prematur Palestina dilaporkan ditemukan di Rumah Sakit al-Nasr ketika wartawan dan pekerja bantuan memilah sisa-sisa fasilitas kesehatan yang dibom selama gencatan senjata di Jalur Gaza.
Jurnalis dari saluran TV Emirat Al-Mashhad menemukan sisa-sisa anak-anak yang membusuk, yang tidak termasuk dalam evakuasi dari rumah sakit anak-anak setelah pasukan Israel memerintahkan pasien dan staf untuk pergi pada 10 November.
Rekaman yang dirilis oleh saluran tersebut menunjukkan bayi-bayi tersebut masih terbaring di ranjang rumah sakit.
Dikutip dari laman Middle East Eye, Direktur rumah sakit, Mustafa al-Kahlot mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Euro-Med Human Rights Monitor bahwa dia telah mengirimkan permohonan kepada kelompok bantuan, termasuk Komite Palang Merah Internasional (ICRC) tentang lima anak tersebut sebelum kematian mereka. Namun, sayangnya tidak ada tanggapan yang berarti.
Kelompok hak asasi manusia tersebut mengecam tentara Israel untuk bertanggung jawab atas kematian anak-anak tersebut dan mengkritik ICRC, selaku unit yang membantu evakuasi dari rumah sakit karena gagal memberikan bantuan.
Sebelumnya, ada sebanyak 22 rumah sakit di Gaza, termasuk beberapa di wilayah selatan, telah diperintahkan oleh tentara Israel untuk dievakuasi atau dijadikan sasaran sejak 7 Oktober.
Banyak dokter menolak untuk mematuhi perintah ini, dengan alasan kurangnya langkah-langkah keamanan bagi pasien dan jaminan kepulangan.
Hingga akhirnya, pasien dan ribuan orang yang berlindung di rumah sakit tersebut akhirnya dipaksa keluar di bawah todongan senjata, antara lain di Rumah Sakit al-Shifa, al-Rantisi dan Rumah Sakit Indonesia.
Tidak ada bantuan yang masuk ke area rumah sakit yang memang sangat membutuhkan, bahkan tidak ada tindakan keselamatan atau perlindungan yang diberikan kepada pasien atau staf medis.
Mereka terjebak di rumah sakit tanpa makanan, air atau listrik termasuk bayi prematur di inkubator.
Sebab itu, di awal bulan ini, dunia mengikuti nasib 39 bayi prematur yang terperangkap di rumah sakit besar lainnya di Kota Gaza, Al-Shifa, yang dikepung dan akhirnya digerebek oleh pasukan Israel.
8 bayi meninggal karena kekurangan listrik untuk menjalankan inkubator mereka, kata kementerian kesehatan yang dikelola oleh Hamas.
31 orang lainnya dievakuasi, sebagian besar pergi ke Mesir untuk mendapatkan perawatan.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda