Tuturpedia.com – Setelah menyutradarai film Jatuh Cinta Seperti di Film-film (2023) yang sukses menggondol banyak penghargaan di Festival Film Indonesia 2024, Yandy Laurens kembali merilis film baru bertajuk 1 Kakak 7 Ponakan.
Film yang diadaptasi dari sinetron populer di tahun 1996 karya Arswendo Atmowiloto ini mengangkat tema yang relevan bagi generasi saat ini, yakni generasi sandwich.
Untuk diketahui, generasi sandwich atau generasi roti lapis merupakan definisi untuk orang yang harus menghidupi generasi di atasnya (orang tua), generasi di bawahnya (anak), dan dirinya sendiri. Sehingga kondisi tersebut dianalogikan sebagai roti lapis, di mana daging/sosis/isian roti ada di posisi terhimpit diantara dua roti.
Di sinetronnya, 1 Kakak 7 Ponakan dibintangi oleh Sandy Nayoan, Novia Kolopaking, Derry Drajat, Rieta Amilia, Ceria Hade, Epy Kusnandar, dan Ozzy Miharja. Sementara itu di versi barunya ini, 1 Kakak 7 Ponakan diisi cast-cast muda seperti Chicco Kurniawan, Amanda Rawles, Fatih Unru, Freya JKT48, Kawai Labiba, dan Ahmad Nadif.
Selain itu, hadir pula kuartet aktor dan aktris senior yang juga berperan di film ini, yakni Ringgo Agus Rahman, Niken Anjani, Maudy Koesnaedi, dan Kiki Narendra.
Sinopsis 1 Kakak 7 Ponakan
Setelah kematian mendadak kakak-kakaknya (Maudy Koesnaedi & Kiki Narendra), Moko (Chicco Kurniawan) seorang arsitek muda yang baru saja selesai sidang skripsi, tiba-tiba harus menjadi orang tua tunggal bagi keponakan-keponakannya.
Akibatnya, Moko harus mengesampingkan berbagai rencana besar yang akan ia lakukan pasca wisuda, seperti melepas beasiswa yang memberinya kesempatan untuk melanjutkan S2 di Columbia University dan impiannya untuk mendirikan firma arsitek bersama kekasihnya, Maurin (Amanda Rawles).
Pasca wisuda, Moko harus berfokus merawat keponakan-keponakannya, yakni Woko (Fatih Unru), Nina (Freya JKT48), serta Ima (Alaztha Hazel Azaela), keponakannya yang masih bayi.
Selain itu, Moko juga harus menanggung Ano (Ahmad Nadif) keponakan dari kakak iparnya serta Ais (Kawai Labiba), anak dari guru les piano yang dititipkan kepadanya.
Karena merasa kesulitan, Moko sempat meminta tolong Kak Osa (Niken Anjani), kakaknya yang sedang tinggal di Australia. Namun, kakak keduanya itu mengaku belum bisa pulang karena kesibukan sang suami, Kak Eka (Ringgo Agus Rahman).
Akhirnya Moko harus berjuang sendirian menghidupi kelima ‘ponakan’ nya itu sembari mencari kerja dari satu tempat ke tempat lainnya.
Saat hidupnya mulai membaik pasca diterima menjadi junior arsitek di sebuah firma arsitek, kakak dan kakak iparnya tiba-tiba pulang dari Australia dan ikut tinggal bersama mereka.
Berharap dapat meringankan bebannya, Moko justru malah harus menambah tanggungan kakak dan kakak iparnya itu. Sehingga lengkaplah Moko sebagai seorang ‘kakak’ harus menghidupi 7 ‘ponakan’.
Review dan Pembahasan (SPOILER)
- Sinematografi
Setelah karya sinematografi yang apik di Jatuh Cinta Seperti di Film-film, Yandy Laurens kembali menunjukkan beberapa signature treatmentnya di 1 Kakak 7 Ponakan.
Beberapa contohnya adalah penggunaan webcam untuk salah satu scene yang paling powerful di film ini, serta shoot dari jauh saat karakternya saling bercengkrama dan editing cut to cut dengan dialognya yang terasa pas.
Selain itu ada juga scene cuci mobil yang sangat ikonik dan monumental serta scene pamitan di awal film dengan permainan perspektif jauh-dekat.
- Skoring dan Soundtrack
1 Kakak, 7 Ponakan menyajikan skoring musik yang menyentuh dan mendukung nuansa adegan.
Soundtrack film ini diisi oleh 3 lagu dari Sal Priadi, musisi yang namanya tengah moncer, yakni ‘Besok Kita Pergi Makan’, ‘Mesra-mesraannya Kecil-kecilan Dulu’, serta ‘Kita Usahakan Rumah Itu’. Tiga lagu Sal Priadi itu terasa masuk ke dalam adegan sehingga menambah gebrakan emosi haru dan hangat.
Namun, yang justru paling menarik perhatian adalah saat lagu ‘Jangan Risaukan’, soundtrack asli dari sinetronnya turut ditampilkan. Entah kenapa lagu ini jadi terasa sangat magis dan memantik haru saat dinyanyikan langsung oleh cast baru 1 Kakak 7 Ponakan. Seolah menjadi semacam bentuk estafet dari cast lama yang ‘mewariskan’ peran mereka ke cast baru.
- Akting
Performa solid ditampilkan Chicco Kurniawan yang berhasil menampilkan Moko yang idealis-realistis. Ekspresi kalut, sedih, dan bingungnya terasa sangat wah dan meyakinkan, sehingga membuat Moko layak diberi penonton ribuan pelukan.
Cast yang berperan sebagai ponakan-ponakan Moko seperti Fatih Unru, Freya JKT48, Kawai Labiba dan Ahmad Nadif yang walaupun masih punya beberapa kekurangan yang perlu dibenahi, namun mereka terlihat sangat berusaha menunjukkan performa terbaiknya di film ini. Utamanya Ahmad Nadif yang sukses menjadi scene stealer dan pemantik gelak tawa penonton.
Kemunculan singkat Maudy Koesnaedi, Kiki Narendra, Niken Anjani, dan Ringgo Agus Rahman juga cukup berkesan.
Khusus untuk karakter Ringgo, patut diberi Applause karena perannya yang sukses membuat geram para penonton. Bahkan di scene saat ia hanya menampilkan ‘suaranya’ saja.
- Easter Egg dan Teori
Ada banyak sekali easter egg yang ditebar Yandy di film ini. Yang paling kentara tentunya adalah nama-nama karakter asli di sinetronnya yang masih tetap dipakai, seperti nama Moko, Kak Osa, Kak Eka, dan Ais.
Kehadiran Ringgo Agus Rahman di film Yandy juga menjadi easter egg yang ditunggu-tunggu. Sebagaimana sutradara lain yang seolah selalu punya cast ‘favorit’, Ringgo juga hampir selalu menjadi pilihan Yandy di Film-filmnya, mulai dari Keluarga Cemara (2019), film pendek Tenang (2021), web series Yang Hilang dalam Cinta (2022), Jatuh Cinta Seperti di Film-film (2023), serta tentunya film 1 Kakak 7 Ponakan (2025).
Penerapan beberapa pop-culture juga menarik untuk dibahas. Sebagai contoh adalah dihadirkannya ‘Restoran Marah-marah’, merujuk pada Karen’s Dinner yang sempat viral serta kedai Pop ‘Ice’ yang diplesetkan menjadi Pop ‘Ais’.
Ada pula trend meme di internet yakni ‘memadukan dua makanan yang sebenarnya tak padu’ di film ini, yaitu saat karakter Ano (Ahmad Nadif) makan nasi dengan lauk Martabak manis rasa red Velvet.
Saat karakter Woko (Fatih Unru) bekerja di tempat fotocopy, mengingatkan pada peran Chicco Kurniawan sebagai tukang fotocopy di film Penyalin Cahaya besutan sutradara Wregas Bhanuteja. Melalui perannya itu, Chicco berhasil menyabet penghargaan pemeran utama pria terbaik di Festival Film Indonesia 2021.
Di awal film diperlihatkan scene saat kakak Moko, Agnes (Maudy Koesnaedi) dan kakak iparnya, Atmo (Kiki Narendra) membantu memakaikan dasinya.
Ada dialog menarik saat Mas Atmo mengatakan bahwa model dasi yang dibuat istrinya terlihat seperti dasi untuk orang dewasa yang tak cocok untuk Moko yang dianggapnya masih muda. Hal ini seolah menjadi foreshadowing bahwa nantinya karakter Moko yang masih muda dipaksa menjadi dewasa oleh keadaan.
Scene dasi itu juga menjadi penguat untuk scene saat Moko, Woko, Nina, dan Ano berpamitan. Shot yang ditunjukkan untuk menyorot Moko dibuat dekat, sementara shot yang ditunjukkan untuk Kak Agnes dan Mas Atmo dibuat jauh yang juga kental dengan muatan perpisahan.
Di film 1 Kakak 7 Ponakan, Yandy menunjukkan banyak sekali shot yang berhubungan dengan ‘kaki’. Sebagai contoh adalah scene kematian mas Atmo dan saat ketuban Kak Agnes pecah juga menggunakan shot kaki.
Scene lainnya adalah saat Maurin menghadiahkan sepatu untuk Moko sebelum sidang. Hal yang seolah memberi pertanda bahwa kedepannya, Maurin akan selalu menemani Moko di setiap langkahnya.
Ada pula dialog saat Maurin mengajak Moko liburan ke pantai. Hal yang Maurin anggap baik untuk Ima, keponakan Moko yang masih bayi untuk belajar berjalan di pasir agar ia mengenal tekstur supaya nantinya Ima tidak menjadi Picky Eater (pemilih makanan).
Film ini juga mengangkat tema psikologis yang cukup relate bagi banyak orang yakni Savior Complex.
Savior Complex merupakan perilaku yang membuat seseorang selalu ingin membantu atau menolong orang lain secara berlebihan. Seseorang dengan perilaku ini bahkan seringkali mengorbankan diri sendiri demi membantu orang lain, padahal bantuan tersebut belum tentu dibutuhkan.
- Kekurangan
1 Kakak 7 Ponakan sebenarnya tak punya kekurangan yang berarti. Namun tetap sangat disayangkan ada hal-hal yang sebenarnya bisa diperbaiki.
Sebagai contoh adalah adanya nama karakter yang mirip-mirip. Walaupun ini mungkin merupakan bentuk penghormatan kepada sinetron aslinya, tapi beberapa penonton akan merasa kesulitan mengingat nama-nama karakter. Contoh: Moko-Woko, Atno-Ano, Nina-Ima, dan Agnes-Ais.
Sebenarnya masalah tersebut bisa diatasi dengan pendalaman masing-masing karakter yang dipertajam. Sayangnya, ada beberapa karakter yang rasanya karakternya kurang diperdalam.
Selain itu, ada pula penggunaan cut to flashback sebenarnya menjadi treatment menarik di film 1 Kakak 7 Ponakan, namun di beberapa titik terasa agak kasar dan mengejutkan.
Secara keseluruhan, film 1 Kakak 7 Ponakan menawarkan pengalaman menonton yang unik, hangat, dan menyenangkan. Sangat worth it untuk ditonton.
Untuk Tuturpedians, selamat menonton 1 Kakak 7 Ponakan. Jangan ragu tangisanmu semerbak, dan bersiaplah memberi ribuan pelukan.
Penulis: Rizal Akbar
Sumber Gambar: 1 Kakak 7 Ponakan IMDB